BOMINDONESIA.COM, MEDAN – Dunia maya dihebohkan dengan viralnya pernyataan seorang dosen Teknik di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan, yang dianggap menjelekkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan mengadu domba dengan PDI Perjuangan.
Unggahan yang berisi kritik pedas tersebut memicu kemarahan netizen, dan topik ini dengan cepat menjadi trending di platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) di Indonesia.
Kasus ini bermula saat akun instagram @azazeldiablos mengunggah suara sang dosen saat mengajar, dosen tersebut diduga dari Fakultas Teknik UMSU Medan, pandangan politik yang diduga berisi hinaan tersebut mengenai kepemimpinan mantan Presiden Jokowi.
Dalam unggahan itu, sang dosen diduga menggunakan bahasa yang cenderung kasar, yang dinilai netizen sebagai tindakan tidak etis dan melampaui batas seorang akademisi.
Beberapa potongan unggahan yang diduga diambil dari akun media sosial dosen tersebut tersebar di X, dengan cepat menarik perhatian netizen yang merasa pernyataan tersebut merendahkan mantan kepala negara dan mencederai nilai-nilai etika.
Unggahan ini akhirnya membuat publik mempertanyakan integritas dan sikap profesional seorang akademisi di institusi pendidikan tinggi serta mempertanyakan apakah ini di atur oleh kepentingan tertentu
Setelah viral, tagar seperti #TolakDoktrinPilgubdiUMSU dan Tangkap Aswin Bancin muncul di trending topic X, didorong oleh ribuan cuitan yang berisi kritik tajam dari netizen.
Mayoritas komentar menyuarakan kemarahan dan mengecam tindakan tersebut, bahkan beberapa di antaranya menuntut tindakan tegas dari pihak UMSU.” Dosen harus mengedukasi, bukan mengajarkan mahasiswa untuk berpihak pada satu sisi politik. #TolakDoktrinPilgubdiUMSU Tangkap Aswin Bancin oleh akun @demdack , yang disukai ribuan pengguna lain.
Beberapa cuitan lain juga menyoroti etika dosen dalam memberikan kritik, bahkan beberapa akun netizen mencurigai adanya upaya yang dilakukan dosen tersebut merupakan titipan dari satu partai tertentu.
Ada pula yang mempertanyakan apakah tindakan ini melanggar aturan internal universitas atau kode etik dosen, mengingat dalam tugasnya, dosen memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga sikap profesional.
Menanggapi situasi yang memanas, pihak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebutkan bahwa mereka sedang menyelidiki insiden tersebut. Kasus ini memicu diskusi lebih luas tentang etika publik dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah, terutama di kalangan akademisi.
Beberapa kalangan bahkan mendorong agar universitas memperkuat edukasi tentang etika profesional di media sosial, mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap reputasi pribadi dan institusi.
Saat ini, netizen masih terus membahas isu ini di berbagai platform media sosial. Kasus ini pun telah menimbulkan diskusi mengenai peran dan tanggung jawab akademisi dalam masyarakat, sekaligus menjadi peringatan bagi para profesional untuk lebih berhati-hati dalam berkomentar di ruang publik.
Sementara itu, banyak pihak yang mendesak agar universitas dan masyarakat melihat kasus ini dengan bijak, mengingat pentingnya kebebasan berpendapat namun tetap dalam koridor etika yang patut.
Editor : Mercurius