BOMINDONESIA.COM, UKRAINA – Invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-1.000, pada Selasa (19/11/2024),. Ini menjadi tonggak sejarah yang suram dalam konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Melansir Reuters, kerugian, baik korban jiwa dan material, terus meningkat. Kondisi ini membuat Ukraina lebih rentan daripada sebelumnya sejak awal perang. Ekonomi Ukraina menyusut sekitar sepertiga pada tahun 2022. Meskipun tumbuh pada tahun 2023 dan sejauh ini di 2024, ekonominya masih 78% dari ukurannya sebelum invasi, kata Wakil Perdana Menteri Pertama Yulia Svyrydenko kepada Reuters.
Penilaian terbaru yang tersedia oleh Bank Dunia, Komisi Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan pemerintah Ukraina menemukan bahwa kerusakan perang langsung di Ukraina telah mencapai US$ 152 miliar hingga Desember 2023.
Sektor perumahan, transportasi, perdagangan dan industri, energi, dan pertanian merupakan sektor yang paling terdampak. Total biaya rekonstruksi dan pemulihan diperkirakan oleh Bank Dunia dan pemerintah Ukraina sebesar US$ 486 miliar hingga akhir Desember tahun lalu.
Menurut data kementerian ekonomi, angka tersebut 2,8 kali lebih tinggi dari produk domestik bruto nominal Ukraina pada tahun 2023. Sektor listrik Ukraina sangat terpukul, dengan Rusia secara teratur menargetkan infrastruktur dalam serangan jarak jauh.
Ukraina merupakan salah satu sumber utama biji-bijian dunia, dan penghentian ekspornya di awal perang memperburuk krisis pangan global. Ekspor sejak saat itu sebagian besar telah pulih dengan Ukraina menemukan cara untuk menghindari blokade Rusia secara de facto.
Ukraina menghabiskan sebagian besar pendapatan negara untuk mendanai pertahanan, dan bergantung pada bantuan keuangan dari mitra Barat untuk membayar pensiun, upah sektor publik, dan tunjangan sosial lainnya.
Editor : Afdiannoor