BOMINDONESIA.COM, JAPAN – Ninja, atau yang dikenal juga sebagai shinobi, adalah sosok misterius dalam sejarah Jepang yang terkenal karena keahlian mereka dalam mata-mata, sabotase, dan perang gerilya. Ninja sering digambarkan dalam budaya populer sebagai sosok yang mengenakan pakaian hitam dan memiliki kemampuan tempur yang luar biasa.
Namun, sejarah ninja lebih kompleks dan jauh dari sekadar mitos. Mereka memainkan peran penting dalam berbagai konflik di Jepang selama berabad-abad, khususnya pada masa feodal.
Sejarah ninja tidak dapat dipisahkan dari situasi sosial dan politik Jepang selama periode feodal. Pada abad ke-8 hingga ke-15, Jepang berada dalam keadaan yang tidak stabil, dengan klan-klan feodal (daimyo) saling bersaing memperebutkan kekuasaan. Dalam situasi ini, pertempuran dan persaingan antara berbagai klan menciptakan kebutuhan akan individu-individu yang memiliki kemampuan khusus dalam mata-mata dan juga sabotase.
Kemunculan ninja sering dikaitkan dengan daerah pegunungan terpencil di Jepang, terutama di wilayah Iga dan Koga. Klan-klan dari daerah ini hidup dalam kondisi sulit yang membutuhkan kemampuan bertahan hidup yang tinggi. Mereka belajar bagaimana menyusup, bergerak dengan diam-diam, dan bertahan dalam lingkungan yang keras, yang kemudian menjadi dasar dari teknik-teknik ninja.
Asal mula ninja dapat ditelusuri kembali ke periode akhir Heian (794–1185 M) dan awal periode Kamakura (1185–1333 M). Pada periode ini, samurai telah muncul sebagai kelas pejuang di Jepang, tetapi tidak semua orang atau klan mampu mempertahankan kekuatan militer mereka . Di sinilah ninja memainkan peran penting, menyediakan alternatif dalam bentuk perang non-konvensional yang melibatkan pengintaian, sabotase, dan pembunuhan rahasia.
Puncak aktivitas ninja terjadi selama periode Sengoku (1467–1603 M), juga dikenal sebagai Periode Negara Berperang. Jepang pada masa ini mengalami perang saudara yang panjang dan brutal, di mana berbagai klan feodal berperang untuk menguasai wilayah. Pada saat inilah ninja menjadi sangat penting sebagai agen rahasia yang digunakan oleh daimyo untuk mendapatkan keuntungan militer.
Di Iga dan Koga, dua wilayah utama yang menjadi pusat pelatihan ninja, klan-klan ninja mengembangkan kemampuan tempur dan taktik gerilya mereka. Mereka sering disewa oleh daimyo untuk melaksanakan berbagai misi, termasuk pengintaian, sabotase, dan bahkan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh penting dari musuh. Salah satu contoh terkenal adalah ketika ninja dari Iga dan Koga dipekerjakan oleh Tokugawa Ieyasu untuk menyusup ke dalam wilayah musuh dan memberikan informasi yang sangat penting selama Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600.
Ninja dilatih dalam berbagai disiplin ilmu yang berbeda dengan samurai. Mereka menguasai seni bela diri yang dikenal sebagai ninjutsu, yang mencakup berbagai keterampilan seperti penyusupan, pengintaian, penyamaran, serta penggunaan senjata khusus seperti shuriken , katana (pedang), dan kusarigama (sabit berantai). Pelatihan ninja tidak hanya berfokus pada keterampilan fisik, tetapi juga kemampuan mental dan spiritual.
Editor : Mercurius