BOMINDONESIA.COM, MEKSIKO – Ditengah langit Sinaloa yang gelap, suara tembakan menggema, menandai gemuruhnya gelombang kekerasan yang mengerikan. Dalam sebulan terakhir, setidaknya 192 nyawa melayang akibat konflik antara geng narkoba di Meksiko Barat Laut yang saling berperang.
Dewan Keamanan Publik Negara Bagian, yang terdiri dari akademisi dan tokoh masyarakat, melaporkan bahwa sejak 9 September, hampir 200 pembunuhan dan 226 orang hilang telah dilaporkan.
Kota yang dulunya hidup kini menjadi bayang-bayang ketakutan. Sekitar 200 keluarga terpaksa melarikan diri dari rumah mereka, meninggalkan segala yang mereka kenal. 180 bisnis terpaksa tutup, dan lebih dari 2.000 pekerjaan menghilang, semua akibat kekacauan yang ditimbulkan oleh pertempuran antara faksi-faksi dalam Kartel Sinaloa.
Perubahan dramatis terjadi ketika Ismael “El Mayo” Zambada, gembong narkoba yang menjadi salah satu pendiri kartel, ditangkap pada 35 Juli di El Paso, Texas.
Penangkapannya mengguncang dunia bawah tanah, memicu perebutan kekuasaan yang mematikan antara putranya, yang dikenal sebagai The Chapitos, dan para loyalis Zambada. Ketegangan memuncak menjadi perang yang brutal di tanah kelahiran mereka, Sinaloa.
Menyaksikan kekacauan yang terus meluas, Gubernur Ruben Rocha Moya mengambil langkah berani. Ia mengumumkan pengiriman 590 pasukan Garda Nasional untuk menjaga keamanan di wilayah tersebut.”Kami berharap mereka akan membantu kami,” ujarnya penuh harap. “Garda Nasional, Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Kepolisian Negara Bagian bersatu dalam upaya ini, berjuang untuk meredakan kekerasan. Namun, sayangnya, kami belum bisa mengatakan bahwa semua ini telah sepenuhnya teratasi.”
Di tengah deru mesin perang dan kepanikan yang melanda, harapan akan kedamaian tampak semakin redup. Sinaloa, yang dulunya dikenal dengan keindahan alam dan budayanya, kini terperangkap dalam cengkeraman kekerasan yang tak kunjung surut.
Editor : Mercurius