BOMINDONESIA.COM, BANDUNG –Puluhan ribu orang berdesakan di lapangan belakang Gedung Sate Bandung, Jawa Barat, Minggu (31/8/1975) pagi. Hari itu majalah Aktuil menggelar pesta musik berjudul ”Kemarau 75” yang menampilkan 11 grup musik beraliran rock.
Mereka adalah Blood Stone (Bogor); Voodoo Child (Semarang); Rhapsodia, Odalf, Famous, Giant Step (Bandung), Rawa Rontek (Banten); The Hands (Surabaya); Lizard, Brother Hood dan God Bless (Jakarta).
Untuk menjaga keamanan acara itu, dua peleton POM ABRI Arhanud VII dan satu regu polisi dikerahkan. Satu per satu grup band tampil di panggung yang terasa sempit karena dipenuhi peralatan musik, wartawan, dan aparat keamanan
Meskipun sejam sebelumnya hujan turun, sejak pukul 09.00 para penonton rela berdesakan mendekat ke panggung. Dikutip dari majalah Top, lapangan belakang Gedung Sate Bandung tempat pertunjukkan sudah penuh sesak oleh penonton yang mulai gelisah karena show belum juga dimulai, akibatnya sandal, sepatu dilempar keatas panggung diselingi jeritan para penonton yang terhimpit.
Jam 10.20 akhirnya pertunjukkan dimulai dibuka oleh Blood Stone dari Bogor yang membawakan lagu In To The Fire dari Deep Purple namun karena band tersebut kurang dikenal mereka pun diminta turun panggung.
Setelah itu satu persatu group-grup band bergiliran untuk tampil diatas panggung. Yang menjadi raja panggung adalah God Bless yang bisa dikatakan sebagai band kemarin sore karena baru terbentuk 2 tahun lalu (1973).
GB pada saat itu baru merekrut Ian Antono dan Teddy Sudjaya dan keyboard yang kembali dipegang oleh Yockie S. GB langsung menggebrak dengan lagu Keep In Time (Trapeze), Brighton Rock nya Queen dan Sage nya ELP.
Melihat antusiasme penonton yang diluar dugaan membuat Yockie S sempat ketar ketir ditambah banyak wartawan – wartawan dan orang-orang yang mengaku roadies ada dipanggung membuat panggung terlihat sangat sesak.
Menurut wartawan majalah TOP jumlah korban yang luka-luka kurang lebih sebanyak 26 orang. Di era 70 an Festival Musik memang penuh gairah karena waktu itu hiburan-huburan sangat jarang ada dan pagelaran Festival Musik pun sangat sederhana mulai dari panggung konsernya yang berupa papan-papan yang ditaruh diatas drum-drum dan penutup panggung menggunakan terpal.
Selain itu pergantian band satu dengan yamg lain bisa memakan waktu 15 menit mengingat mereka membawa sendiri alat-alat musik mereka, kadang untuk nyetem gitar bisa sampai 10 menit.
Dan di era itu sudah menjadi kewajiban untuk mengcover lagu-lagu band-band yang lagi nge hits..(kecuali Giant Step yang membawakan lagu-lagu sendiri). Mengapa wajib mengcover lagu orang? Karena itu yang diinginkan penonton..semakin mirip aslinya semakin mendapat applaus. Nah itulah sedikit cuplikan tulisan tentang sejarah rock di Indonesia dilansir dari media sosial File Musik Lawas. ***
Penulis : Mercurius
Editor : Mercurius
Sumber Berita : Dirangkum berbagai sumber