Bebas dari Penjara, Sosok Ini Bangkit Jadi Raja Otomotif RI

- Jurnalis

Senin, 21 Oktober 2024 - 01:00 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tjia Kian Long atau William Soerjadjaja (Foto Istimewa/Doc Astra)

Tjia Kian Long atau William Soerjadjaja (Foto Istimewa/Doc Astra)

BOMINDONESIA.COM, JAKARTA – Di balik nama besar perusahaan otomotif Astra di Indonesia, ada perjuangan jatuh-bangun yang dialami sang pendiri, Tjia Kian Long atau William Soerjadjaja.

William merintis usahanya di tahun 1950-an. Namun, perjalanannya tak mulus karena harus mendekam di penjara akibat tuduhan korupsi tak berdasar.

Dalam sekejap, nama baik dan usaha rintisannya pun hancur. Hal ini tak lantas membuat William menyerah. Ketika bebas dari penjara, William fokus untuk bangkit. Dengan bantuan adiknya, dia membeli perusahaan impor yang berada di Jl. Sabang No. 36A, Jakarta.

Perusahaan itu berada pada kondisi hidup segan mati tak mau. Bisnisnya kacau balau. Sedangkan kantornya sangat kecil dan sering kebanjiran.

Adik William kemudian mengusulkan nama perusahaan itu bernama Astra. Dalam buku Man of Honor: Kehidupan, Semangat, dan Kearifan William Soeryadjaya (2012), Astra adalah salah satu sosok dewi Yunani Kuno yang terbang ke langit dan menjadi bintang terang.

Dengan nama tersebut, adiknya berharap kalau perusahaan abangnya bakal bernasib sama seperti dewi tersebut.

Alhasil pada 20 Februari 1957, tepat hari ini 66 tahun lalu, Astra International Inc resmi beroperasi usai terdaftar di kantor Notaris Sie Khwan Djioe.

Pada permulaannya Astra bergerak di sektor kebutuhan rumah tangga. Namun, selama 10 tahun pertama sejak pendiriannya, Astra berjalan terseok-seok dan berulang kali hampir bangkrut.

Hal ini disebabkan ketidakstabilan ekonomi negara sepanjang tahun 1960-an. Jatuhnya Sukarno dan naiknya Soeharto menjadi presiden membawa berkah bagi William dan perusahaan. Astra mulai menunjukkan taringnya.

Ketiban Durian Runtuh

Pada tahun 1966, William tertimpa durian runtuh usai mendapat pinjaman dana dari Amerika Serikat sebesar US$ 2,9 juta. Tak hanya dana dia juga berhak mengimpor apapun dari Paman Sam. Keistimewaan ini lantas menjadi peluang besar bagi pria kelahiran 20 Desember 1922 itu.

Baca Juga :  2,8 Juta Pekerja Rentan Jatuh Jadi Miskin

Pada saat bersamaan, pemerintah yang sedang giat melaksanakan proyek membutuhkan truk besar untuk pengangkutan. Karena importir truk besar di Indonesia tidak ketat, William menjadikan ini sebagai pintu berbisnis. Alhasil, dia memutuskan mengimpor truk Chevrolet dari AS dan menjualnya kepada pemerintah.

Bisuk Siahaan dalam Industrialisasi di Indonesia: Sejak Rehabilitasi Sampai Awal Reformasi (2000) mencatat ada 800 truk Chevrolet yang dia impor pada permulaannya. Dari sinilah awal mula dia bermain di industri otomotif.

Seiring berjalannya waktu, William kena sanksi dari AS dan tak boleh lagi mengimpor truk dalam skala besar. Alhasil, dia melirik pasar otomotif Jepang yang kebetulan belum banyak bermain di Indonesia dan diproyeksikan bakal meroket karena Indonesia dan Jepang sama-sama memiliki setir kanan.

Jalinan kerjasama dengan Jepang inilah yang membawa titik balik bagi kehidupan William. Pada Februari 1969, Astra resmi kerjasama dengan Toyota. Sejak itu, kendaraan Toyota dari mulai truk sampai mobil biasa berjamuran di Tanah Air. Perlahan, Astra juga memasarkan Honda, Isuzu dan Daihatsu. Akibatnya kendaraan Jepang makin banyak di Indonesia.

William punya strategi khusus untuk menguasai pasar otomotif Indonesia dan menyingkirkan pesaing utamanya, Mitsubishi. Dia rela menggelontorkan dana besar untuk menguasai industri otomotif dari hulu ke hilir, dari mulai pembuatan komponen hingga pendistribusian.

Tak hanya itu, dia juga menetapkan sistem manajemen ala Jepang, yakni Keiretsu. Lewat sistem ini, seorang direksi di satu perusahaan bisa menjadi komisaris di perusahaan lain. Cara ini terbukti efektif karena Astra dapat keuntungan besar dan mampu mengontrol pasar dari para pesaing.

Baca Juga :  Roda Empat Segera Daftar, Uji Coba Subsidi Tepat Pertalite di Kalsel

Dua upaya ini dan pemberian promo besar-besaran kepada pembeli berhasil menarik animo masyarakat. Astra sukses menjadi raja otomotif Indonesia. “Pada tahun 1990 Gaikindo menyebutkan bahwa Astra telah berhasil menguasai lebih dari separuh pangsa pasar otomotif di Indonesia. Produk yang dihasilkan antara lain Toyota, Daihatsu, Isuzu, Nissan Diesel Trucks, Lexus, Peugeot, BMW,” tulis Ricardi S. Adnan dalam The Shifting Patronage (2010).

Pergantian Pemilik

Perlahan, gurita bisnis William juga tak hanya di otomotif, tetapi juga properti, asuransi, perkebunan, dan perbankan, yang seluruhnya tergabung dalam grup Astra. Kejayaan ini membuat Astra percaya diri melantai di bursa saham pada 4 April 1990.

Sayangnya, bermain di sektor perbankan dengan memiliki Bank Summa justru menjadi batu sandungan bagi William. Pada 1992, Bank Summa terkena masalah dan mengharuskan William menyelamatkan uang para nasabah dengan menjual seluruh kepemilikan saham di Astra. Ada yang menyebut ini adalah konspirasi untuk menjatuhkan Astra.

Setelah kejadian itu Astra tak lagi milik William. Astra dipegang oleh Putra Sampoerna (14,67%), Bob Hasan (8,83%), Prajogo Pangestu (10,68%), Toyota Jepang (8,26%), Kelompok Salim (8,19%), Usman Atmadjaja (5,99%) dan sisanya tersebar di tangan publik.

Kini Astra sepenuhnya dimiliki perusahaan Singapura bernama Jarine Cycle & Carriage Ltd dengan penguasaan 50,11% dari total saham.

Meski tak lagi di tangan William, Astra tetap berjaya menguasai pasar otomotif Indonesia hingga sekarang. Namun, kejayaan Astra sekarang tentu tak dapat dilepaskan dari peran besar William Soerjadjaja.

Editor : Mercurius

Berita Terkait

Hadir Konsep Baru, The Palace Jeweler Buka Kembali Gerai Perhiasan di Duta Mall Banjarmasin untuk Memanjakan Pencinta Perhiasan
Orang Pertama Yang Mengatakan Bahwa Bumi Berputar Pada Porosnya
Natal dan Tahun Baru, Hiswana Migas: Gas Bersubsidi Terdistribusi ‘Lancar’ di Kalsel
OSS Permudah Penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB)
Duo Kribo: Persaingan dan Kolaborasi Rocker Indonesia dalam Film Legendaris
“Manson Family” Geng Gila dan Keji yang Bikin Hollywood Gempar
Ludwig Lemans Gitaris Pertama Band God Bless
Peltu (Purn) Tatang Koswara Penembak Jitu Indonesia yang Diakui Dunia

Berita Terkait

Minggu, 22 Desember 2024 - 02:27 WITA

Orang Pertama Yang Mengatakan Bahwa Bumi Berputar Pada Porosnya

Sabtu, 21 Desember 2024 - 17:56 WITA

Natal dan Tahun Baru, Hiswana Migas: Gas Bersubsidi Terdistribusi ‘Lancar’ di Kalsel

Jumat, 20 Desember 2024 - 23:25 WITA

OSS Permudah Penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB)

Kamis, 19 Desember 2024 - 01:14 WITA

Duo Kribo: Persaingan dan Kolaborasi Rocker Indonesia dalam Film Legendaris

Kamis, 19 Desember 2024 - 00:58 WITA

“Manson Family” Geng Gila dan Keji yang Bikin Hollywood Gempar

Berita Terbaru

Anggota Komite Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas dan insan pers di Kalimantan Selatan berfoto bersama dalam acara sosialisasi Perpres Nomor 32 Tahun 2024 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) (foto:istimewa/bomindonesia)

Halo Indonesia

Google News Showcase Diluncurkan Awal Tahun 2025

Minggu, 22 Des 2024 - 18:41 WITA