BOMINDONESIA.COM, BANJARMASIN – Intrusi Air Laut telah mencemari Sungai Martapura. Kadar garamnya juga sempat tinggi sehingga PAM Bandarmasih harus mengurangi produksinya untuk sementara waktu.
Mengapa itu dilakukan ? Karena PAM Bandarmasih memiliki standar mutu air baku untuk produksi air sungai menjadi air minum. Standar maksimum klorida atau kadar garam yakni 250 mg/liter itu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan nomer 492/Menkes/per/IV/2010.
Nah, sekitar tiga hari lalu air baku PAM Bandarmasin ini sempat singgah diangka hampir 600 mg. Agar tidak menggangu nilai mutu, maka produksi dikurangi dan dicampur dengan air baku yang masih bagus.
Direktur Operasional PAM Bandarmasih, Edwardsyah menyampaikan, bahwa pihkanya sempat mengurangi produksi pengambilan air baku di Sungai Bilu, kurang lebih selama tiga jam. Karena memang saat itu air sudah tidak layak produksi dimana kadar garam telah melewati ambang batas.
Karena produksi non stop 24 jam dan pelayanan harus tetap berjalan, selama tiga jam itu pihaknya terpaksa mencampur air baku dengan air baku yang ada di Sungai Tabuk.
Kondisi Air baku di Sungai Tabuk masih normal, sehingga bila dicampur dengan air baku yang terkontaminasi maka akan mengurangi kandungannya. Sehingga bisa diproses sama seperti biasanya.
“Ya, kita sempat melakukan pencampuran yakni di intake Sungai Bilu dan Sungai Tabuk agar kualitas air minum terjaga. Kemarin kandungan garamnya sempat hampir 600 mg, tapi sekarang sudah terakhir hanya 21 mg saja. “Mudahan saja air baku kita tetap baik dan meski kemarau sekarang ini,” tuturnya.
Memang, ujar Edward, kemarau sekarang ini tak separah dengan tahun lalu, termasuk dampak pada air baku.
Itu terjadi karena kemarau ini masih ada hujan-hujannya alias kemarau basah. Jika tahun lalu, kemarau merata dan cukup lama tidak diguyur hujan. “Sekarang ini memang kemarau, tapi kemarau basah yang masih ada hujannya,” tuturnya.
Situasi seperti ini, Edward juga meminta kerjasama dengan masyarakat agar juga memperhatikan kebersihan sungai. Karena kandungan air sungai tidak hanya soal kadar garam di musim kemarau, namun kandungan e-coli, bakteri dan senyawa lainnya yang dapat merusak kesehatan. “Mari kita sama-sama menjaga kebersihan sungai, karena sungai adalah nadi kita sedangkan air adalah kehidupan kita,” ujarnya.
Editor : Hamdani