BOMINDONESIA.COM, BANJARMASIN – Hari raya masih menyisakan waktu lebih kurang sembilan hari atau satu minggu, namun para pencari rupiah dengan jasa kostum tetap setia menghibur pengunjung Pasar Wadai Ramadhan di Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin.
Tak hanya berburu takjil dan aneka kuliner khas Ramadhan, pengunjung juga dihibur dengan kehadiran sosok-sosok unik seperti Gundam, Kuntilanak, Transformers, dan Manusia Silver. Namun, di balik kostum megah dan cat perak yang menutupi tubuh, ada kisah perjuangan para pencari nafkah yang gigih bekerja di bulan penuh berkah ini.

Adun, warga Sungai Gampa, Marabahan, Kabupaten Barito Kuala (Batola), adalah salah satu di antara mereka. Setiap sore, ia mengenakan kostum Gundam dan berkeliling di antara kerumunan pengunjung, menawarkan jasa foto bersama.
Kotak donasi kecil ia siapkan untuk uang sukarela dari pengunjung yang ingin berfoto. Dari aktivitas ini, ia bisa mengumpulkan rata-rata Rp300 ribu dalam sehari, bekerja dari pukul 17.00 hingga 22.00 WITA.”Kalau sudah masuk acara hiburan, saya dan teman-teman biasanya berhenti dulu, karena perhatian pengunjung sudah teralihkan ke panggung,” kata Adun sambil tersenyum, Jumat (21/3/2025) sore .
Kakaknya, Adan, yang mengenakan kostum Transformers, juga menjalani profesi serupa. Menurutnya, penghasilan bisa jauh lebih besar jika mereka tampil di event besar. “Waktu Batu Licin Festival 2024, saya bisa dapat Rp4 juta dalam tiga hari,” ujarnya.

Di antara mereka, ada pula sosok Manusia Silver yang menambah warna di Pasar Wadai Ramadhan. Pemuda yang setiap sore hingga malam mengecat tubuhnya dengan warna perak dan berdiri mematung di antara pengunjung.
Dengan gerakan khas patung hidup, dia menarik perhatian anak-anak hingga orang dewasa. “Kalau ramai, sehari bisa dapat Rp250 ribu, tapi kalau sepi, paling cuma Rp100 ribu,”tambah Adan.
Namun, kerja mereka tak selalu mulus. Jika hujan turun, mereka tak bisa beraksi. Kostum yang mereka kenakan sebagian besar terbuat dari bahan yang tidak tahan air, sementara si Manusia Silver harus menghadapi cat yang luntur saat terkena air. “Kalau hujan, ya cuma bisa berteduh dan berharap besok cuaca lebih baik.
Makanya, kami harus pintar-pintar mengatur penghasilan, karena tidak setiap hari bisa bekerja,” tambah Adan lagi.

Mereka juga tidak hanya berkutat di Banjarmasin. Bersama rekannya, Tam, yang mengenakan kostum Kuntilanak asal Bandung, mereka telah menjelajah hingga Palangkaraya dan Lamandau, Kalimantan Tengah.
Adan memiliki prinsip bahwa sebagai pekerja lapangan, mereka harus serba bisa. “Kadang kalau ada pameran, saya juga jualan es,” ujarnya sambil menunjuk stand steamboat milik rekannya, Rendy, yang sehari-hari juga menjual jasa foto bersama mengenakan kostum.
Di balik kesulitan yang mereka hadapi, mereka tetap percaya bahwa selama ada usaha, pasti ada rezeki. Seperti kata Theodore Roosevelt, “Do what you can, with what you have, where you are.” (Lakukan apa yang bisa kamu lakukan, dengan apa yang kamu miliki, di tempat kamu berada.)
Bagi mereka, kerja keras bukan hanya tentang mencari uang, tetapi juga tentang semangat untuk terus bertahan, beradaptasi, dan menghadirkan kebahagiaan bagi orang lain, meski dalam keterbatasan.
Penulis : Mercurius
Editor : Mercurius