Perjalanan Prabowo Subianto dari Tentara hingga Presiden

- Jurnalis

Selasa, 22 Oktober 2024 - 01:06 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden ke-8 Indonesia ,Prabowo Subianto (Foto:Istimewa)

Presiden ke-8 Indonesia ,Prabowo Subianto (Foto:Istimewa)

BOMINDONESIA.COM, JAKARTAPrabowo Subianto Djojohadikusumo adalah seorang purnawirawan Jenderal, saudagar, dan politikus papan atas di Indonesia.

Ayah beliau, Sumitro Djojohadikusumo adalah ekonom dari cabang Kertanegaran Klan Wirasaba asal Banyumas yang memiliki darah keturunan Jawa (Bangsawan Majapahit)-Sunda (Pajajaran).

Klan Wirasaba memiliki sejarah panjang dalam politik Tanah Jawa dan melahirkan sejumlah tokoh seperti Bupati Pertama Banyumas, Joko Kaiman; Komandan Perang Pangeran Diponegoro, Ngabehi Banyakwide; Kapitan Cina, Tan Jing Sing, dan Patih Yogyakarta, Danuredja.

Lewat pernikahan, Trah Kertanegaran Klan Wirasaba masih memiliki pertalian darah dengan dua bangsawan Mataram yakni Sri Sultan Hamengkubuwono II (Raja Yogyakarta yang disingkirkan oleh Inggris karena anti kolonial) dan Pangeran Singosari alias Susuhunan Malang (Pangeran Mataram yang juga anti kolonial)..

Adapun ibunda Prabowo, adalah keturunan Hulptroopen asal Minahasa yang pernah ikut serta menangkap Pangeran Diponegoro. Akibat petualangan politik Sumitro di PRRI, Prabowo kecil harus ikut ayahnya berpindah-pindah negara dari Singapura, Hong Kong, Malaysia, Swiss, dan Inggris.

Hidup sebagai minoritas di banyak negara tak hanya membuat Prabowo tumbuh besar sebagai poliglot yang kosmopolitam karena fasih berbahasa Belanda, Inggris, Jerman dan Prancis tapi juga menjadi pribadi yang paradox, ia juga menjadi nasionalis dan cenderung keras, karena ia melihat dan merasakan langsung apa pandangan warga negara lain tentang dirinya sebagai orang asing.

Di masa remaja, Prabowo yang sudah diterima di Universitas Colorado dan Universitas George Washington di Amerika Serikat, mendadak tertarik untuk menjadi tentara. Mungkin sebagai penyaluran positif dari nasionalisme yang menggebu. Dari sanalah jalan hidup Prabowo berubah.

Sebagai tentara, Prabowo lebih banyak mengabdi sebagai prajurit tempur ketimbang di belakang meja atau di komando teritorial. Latar belakang Prabowo, membuatnya menemui hambatan komunikasi dengan atasannya. Seperti ketika Prabowo dimutasi dari Kopassandha ke Kostrad, ia ditegur Sintong karena tak segera berkemas.

Prabowo dengan pola pikir ala Barat yang terbuka lagi demokratis, menanyakan alasan pemindahannya. Sintong pun mengingatkan bahwa dalam tradisi militer Indonesia, sikap Prabowo tak lazim. Jika Prabowo tak suka, Prabowo bisa masuk politik dan mungkin suatu saat bisa jadi Menteri Pertahanan, imbuh Sintong yang kelak akan terbukti di kemudian hari.

Salah satu penugasan Prabowo yang cukup membuatnya terkenal adalah ketika ia berdinas di Timor Timur. Di sini, lagi lagi Prabowo bersitegang dengan perwira lain yakni Kiki Syahnakri.

Prabowo yang lelah dengan isu HAM yang ditiupkan Barat seputar pendudukan Indonesia di Timor Timur mengajukan alternatif lain yakni Operasi Melati. Dalam operasi itu, massa tandingan akan dibentuk sehingga warga Timor Timur bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa ABRI harus membuang peluru.

Pemikiran Prabowo yang kurang memahami lanskap kultural nusantara itu ditolak oleh Kiky. Menurut Kiky, Operasi Melati hanya akan menciptakan masalah yang berlarut-larut.

Kenaikan pangkat Prabowo terhitung cepat. Pada tahun 1994 (usia 43), ia menjabat sebagai Brigjen. Setahun kemudian, ia menjabat sebagai Danjen Kopassus dengan pangkat Mayjen.

Selama menjadi tentara, Prabowo juga menikahi pujaan hatinya, Titiek Soeharto, putri Presiden Soeharto. Pernikahan ini membuahkan seorang putera yakni Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo alias Didit.

Prabowo dan keluarganya
Prabowo dan keluarganya

Apabila sebelumnya, Kopassus dipimpin oleh Brigjen, kini dipimpin oleh Mayjen. Pada tahun 1998, di usia 47 tahun, ia memperoleh tiga bintang (Letnan Jenderal) setelah dipromosikan sebagai Pangkostrad.

Akan tetapi, seiring dengan keruntuhan Orde Baru, bintang Prabowo meredup. Ia dihujani pelbagai tudingan dari mulai penculikan aktivis, kerusuhan Mei 98 hingga percobaan Kudeta terhadap BJ Habibie.

Prabowo kemudian dicopot dari jabatan Pangkostrad oleh BJ Habibie dan ia juga dipaksa berpisah dengan isterinya, Titiek karena Soeharto menudingnya berkhianat karena membiarkan mahasiswa menduduki Gedung DPR.

Baca Juga :  Ulil Anshari Ditembak Karena Apa? Begini Kronologisnya,dan Viralnya Video Pemeriksaan AKP Dadang Santai sambil Merokok Bareng Propam di Polda Sumbar

Saat itu, tangis Titiek pun gagal meredakan angkara sang Jenderal Senyum. Prabowo diusir dari cendana pada malam hari, ia awalnya menunggu di pos satpam tapi pintu tak dibukakan. Prabowo memohon masuk karena isterinya menangis, tapi semua percuma. Sejak saat itulah rumah tangga Prabowo kandas.

Tak cukup hanya dicopot dari jabatan dan kehilangan rumah tangganya, ia juga harus menghadapi sidang etik di Dewan Kehormatan Perwira dan pada akhirnya, karena rekomendasi dari Agum Gumelar, Susilo Bambang Yudhoyono, Subagyo HS dan beberapa perwira lain kepada Panglima ABRI, Wiranto, beliau diberhentikan secara hormat dengan hak menerima uang pensiun penuh.

Setelah semua itu, Prabowo pulang ke rumah orangtuanya. Ia mencoba tegar dengan rebahan dan menikmati santap siang. Namun sang ayah, Sumitro tahu itu hanyalah fasad sang putera. Malamnya, Sumitro memanggil Prabowo menanyakan apakah Prabowo baik baik saja. Prabowo berkilah, ‘Tenang saja papi, aku ini seorang prajurit’.

Sumitro memotong dan mengingatkan Prabowo sudah bukan prajurit lagi, ia sudah dibuang oleh korpsnya. Detik itu juga, semua kenangan buruk yang coba Prabowo pendam menyeruak kembali. Prabowo terjatuh bersimpuh, derai air mata berlarian menuruni pipinya.

Saya dikhianati, papi, baru pertama kali dalam sejarah ada tentara yang diperlakukan seperti saya, bahkan isteri saya tak diberi kesempatan untuk ikut dalam serah terima jabatan’.

Pak Sumitro langsung memeluk puteranya yang sesenggukan. Adapun Hasyim, akhirnya menemukan sosok lain sang kakak yang selama ini gagah dan garang, ternyata hanya manusia biasa yang bisa jatuh ke titik rapuh.

Sesudahnya, Prabowo untuk sementara menyepi di tempat sahabatnya, Raja Abdullah II Yordania. Mulai dari 2004, selain berbisnis, Prabowo mulai mencoba peruntungan di dunia politik. Ia mencoba ikut Konvensi Partai Golkar tapi kalah dari orang yang pernah memberhentikannya, Wiranto.

Pada 2008, Prabowo mendirikan Partai Gerindra dan pada 2009, Prabowo dengan Presiden Kelima, Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputeri bersepakat menjalin Koalisi guna berlaga di kenduri politik lewat Perjanjian Batu Tulis.

Apa daya, usaha mereka gagal karena kalah melawan SBY, Presiden Petahana yang juga mantan menteri Megawati dan mantan rekan Prabowo di ABRI yang juga salah satu Jenderal yang pernah merekomendasikan pemberhentiannya.

Prabowo tak menyerah, ia mencoba bertaruh di level Pilkada dengan ikut mempromosikan Basuki Tjahaja Purnama dan Joko Widodo yang kader PDIP. Pertaruhan itu berhasil dan mereka terpilih untuk memimpin Jakarta.

Prabowo, kala itu optimis Perjanjian Batu Tulis akan bisa membawa Prabowo ke RI 1. Tak disangka, elektabilitas Jokowi yang tinggi berkat sosoknya yang sederhana dan bersahaja, mampu membuat Megawati berubah pikiran dan mencalonkan Jokowi.

Pada 2014, meskipun memiliki koalisi yang lebih gemuk, Prabowo bersama saudagar asal Palembang yakni Hatta Rajasa gagal mengalahkan Jokowi-Jusuf Kalla.

Isu HAM, tidak berpengalaman, dan gagal mengurus rumah tangga menjadi amunisi yang cukup ampuh menghadapi Prabowo yang digadang-gadang sebagai ‘Pahlawan Ummat’. Prabowo yang mendarat sebagai oposisi pun harus berhadapan dengan masalah lain.

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pecah kongsi dengan Prabowo. Permasalahan itu semakin meruncing ketika kenduri politik di Jakarta akan segera berlangsung dan Ahok terlibat masalah di Kepulauan Seribu menyoal Surat al-Maidah.

Kali ini, Prabowo bersama PKS, mencalonkan mantan Menteri Jokowi yang sempat diberhentikan yakni Anies Rasyid Baswedan dan juga Sandiaga Uno, seorang saudagar blasteran Indramayu-Gorotalo. Kecanggihan Anies dalam beretorika dibumbui dengan gimmick memeable Sandi, sukses mengalahkan Ahok.

Pada 2019, Prabowo bertaruh kembali. Kali ini, seperti 2014, ia lagi-lagi memilih saudagar sebagai wakil, yakni Sandiaga. Akan tetapi, Prabowo kembali kalah oleh Jokowi dan KH. Ma’ruf Amin. Isu isu yang dilontarkan di pilpres sebelumnya masih menghantui Prabowo yang kian menua.

Baca Juga :  Komandan Pasukan Quds Iran Esmail Qaani Diperiksa Ketat Terkait Pembunuhan Nasrallah

Setelah kalah, sebagai langkah rekonsiliasi, Jokowi menunjuk Prabowo sebagai Menteri Pertahanan. Selama menjadi menteri, Prabowo turut berusaha memperbarui alutsista TNI. Prabowo makin akrab dengan Jokowi dan publik pun secara perlahan melihat Prabowo dengan lebih positif

Kenduri politik datang kembali, lawan Prabowo yang sudah bisa ditebak adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang dalam survei-survei kerap menempati urutan teratas. Lawan Prabowo yang kerap dianggap kuda hitam adalah Anies Baswedan. Kilas balik kembali menghantui, orang yang pernah dipromosikan Prabowo kembali menjadi lawannya.

Setelah cukup lama menimbang, akhirnya Prabowo menjatuhkan pilihan yang sama ketiga kalinya yakni pada saudagar yang bergerak di bidang kuliner yakni Gibran Rakabuming Raka, putera sulung Presiden Jokowi.

Keputusan ini menimbulkan pro-kontra yang menyebabkan perjalanan mereka kian terjal. Selain isu seperti HAM, nepotisme, isu pelanggaran etika menggelayuti karena Gibran menjadi Cawapres dengan melewati proses yang dianggap kurang wajar, bahkan oleh beberapa orang, kurang ajar.

Kali ini, Prabowo belajar banyak. Bergaul lekat dengan Jokowi, beliau tak seemosional sebagaimana di 2014 dan 2019. Tim Prabowo yang kaya akan logistik serta gemuk dalam ukuran koalisi, juga membawa unsur keceriaan dengan gimmick gemoy oke gas dalam kampanye-kampanyenya di medsos, kontras dengan 2014 dan 2019 di mana kampanye Prabowo terkesan teralu serius dan kurang berwarna.

Prabowo kini juga didampingi orang-orang yang pernah bersebrangan dengannya di masa lawas seperti Luhut Binsar Panjaitan, Wiranto, SBY, Agum Gumelar, Permadi Arya, Budiman Sudjatmiko, dan Tsamara Amany Alatas.

Tentu semua tak akan langsung lancar. Anies sangat piawai dalam merangkai kata dan memaparkan data. Ganjar, juga memperlihatkan kemajuan signifikan dalam debat-debatnya bahkan dalam isu pertahanan kendati ia mengambil langkah yang kurang strategis di awal dengan bersikap abu-abu.

Meski begitu, dalam debat Cawapres, performa Gibran dianggap lebih baik dari Prabowo kendati Gibran dianggap teralu keras terhadap wakil Ganjar yakni Mahfud M.D serta dikritik karena banyak menembakkan istilah-istilah yang membingungkan, persis yang pernah sang ayah juga lakukan ketika melawan Prabowo.

Badai lain juga menerpa kubu Prabowo yakni tekanan dari pelbagai elemen masyarakat karena dugaan kecurangan, ketidaketisan serta ketidaknetralan pemerintah yang dibungkus dengan tagar Salam 4 Jari, dibumbui dengan film Dirty Vote dan diparipurnakan dengan ulasan majalah The Economist.

Pada 14 Februari 2024, semua pihak mencoblos dan malamnya, hasil Quick Count telah dirilis. Sungguh mencengangkan, Prabowo mendominasi perolehan suara di banyak tempat bahkan sangat mungkin menang satu putaran.

Anies sendiri, dengan konsisten pada sikap perubahan dan retorika nan canggih, berhasil mendapatkan posisi kedua. Adapun Ganjar, harus mendapati dirinya di posisi buncit.

Sikap abu-abu Ganjar dan kekompakannya dengan Anies justru menjadi bumerang karena massa yang anti-Prabowo justru merapat ke Anies yang sikapnya lebih konsisten ketimbang Ganjar yang partai pengusungnya masih memiliki kaitan dengan rezim saat ini.

Selain unggul dalam hitung cepat, Prabowo juga mendapat hadiah lain. Mabes TNI, merekomendasikan pada Presiden Jokowi agar Prabowo dinaikkan pangkat satu bintang menjadi Jenderal kehormatan.

Mujur, ketika dahulu para kolega Prabowo di DKP merekomendasikan Prabowo dipecat, Wiranto selaku Pangab memilih mekanisme pemberhentian dengan hormat sehingga Prabowo tak hanya berhak menerima uang pensiun tapi ia juga bisa dinaikkan sebagai Jenderal (Hor) seperti koleganya yang lain yakni SBY, Hendropriyono dan Agum Gumelar.

Akhirnya, sang jenderal tempur yang enggan menyerah ini setelah banyak onak duri dan aral melintang, bisa mencapai yang beliau mimpikan sejak lama ketika KPU mengesahkannya sebagai Presiden terpilih.

Editor : Mercurius

Sumber Berita : Neo Historia Indonesia (Twitter)

Berita Terkait

Putri Pedangdut asal Banjarmasin Dapat Pujian dari Iis Dahlia
Pelamar PPPK, Cek Kelulusannya
Driver Online Tuntut THR
Setelah Green Day, Jakarta Kembali Bergemuruh dengan Konser Linkin Park
Lebih 7.500 Jemaah Telah Melunasi Biaya Haji
Green Day Mengguncang Jakarta: Nostalgia Punk Rock yang Meledak di Ancol
Kuliner Banjar Unjuk Gigi di TMII, Pemprov Kalsel Promosikan Patin Baubar hingga Ketupat Kandangan
“No Viral No Justice”? Komisi III DPR RI Tekankan Respons Cepat Polda Kalsel

Berita Terkait

Selasa, 18 Februari 2025 - 16:04 WITA

Putri Pedangdut asal Banjarmasin Dapat Pujian dari Iis Dahlia

Selasa, 18 Februari 2025 - 14:49 WITA

Pelamar PPPK, Cek Kelulusannya

Senin, 17 Februari 2025 - 14:41 WITA

Driver Online Tuntut THR

Senin, 17 Februari 2025 - 01:12 WITA

Setelah Green Day, Jakarta Kembali Bergemuruh dengan Konser Linkin Park

Minggu, 16 Februari 2025 - 17:21 WITA

Lebih 7.500 Jemaah Telah Melunasi Biaya Haji

Berita Terbaru