Oleh : Mercurius
BOMINDONESIA.COM –Penutupan TPA Basirih telah menimbulkan krisis sampah di Banjarmasin. Dengan sekitar 400 ton sampah per hari yang tak tertangani, kota ini menghadapi ancaman lingkungan yang serius. Upaya pemerintah mengalihkan sampah ke TPA Banjarbakula belum cukup, sementara solusi jangka panjang masih belum jelas.
Masalah ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat dan pelaku usaha. Pemilahan sampah, pengurangan dari sumbernya, serta pengelolaan berbasis ekonomi sirkular harus segera diterapkan. Kota-kota lain telah membuktikan bahwa pengelolaan sampah yang berkelanjutan bisa dilakukan.
Kota Surabaya, misalnya, berhasil mengubah sampah menjadi sumber ekonomi melalui program bank sampah dan pengolahan limbah organik menjadi energi. Model ini bahkan mendapat pengakuan dari Program Lingkungan PBB (UNEP). Di banyak negara maju, pendekatan serupa diterapkan, dengan fokus pada daur ulang dan pengelolaan berbasis teknologi.
Banjarmasin tak boleh terus terjebak dalam pola “kumpul-angkut-buang.” Saatnya berbenah dengan sistem modern yang tidak hanya mengatasi sampah, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi dan keberlanjutan lingkungan
Editor : bomindonesia.com