BOMINDONESIA.COM, BANJARMASIN – Dalam rangka menyambut Hari Pahlawan, Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina menyampaikan kebanggaannya kepada pahlawan daerah dan dua pahlawan yang diabadikan ke uang pecahan rupiah.
Yakni Pangeran Antasari ada di uang pecahan (Rp 2.000) dan KH Idham Chalid (Rp 5.000).
Menurut Ibnu, para pahlawan telah berdedikasi dengan penuh pengorbanan demi kemerdekaan Indonesia.
Kita harus bersyukur dan menghargai jasa-jasa pahlawan. Termasuk menghargai dan memahami dengan rupiah sebagai identitas bangsa Indonesia.
“Rupiah, sebagai mata uang negara, adalah lambang kedaulatan ekonomi yang harus kita cintai, banggakan dan pahami,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan edukasi tersebut amat lah penting sebab rupiah bukan hanya sekadar alat transaksi, namun juga memiliki nilai dan makna historis serta berfungsi sebagai perekat persatuan bangsa.
Untuk itu, ia mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan kontribusi yang nyata.
“Melalui kegiatan ini saya berharap masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin dapat semakin memahami pentingnya rupiah dan menghargainya simbol kedaulatan negara kita,” kata dia.
“Mari kita jaga rupiah, seperti kita menjaga semangat kebangsaan yang telah diwariskan oleh para pahlawan yang telah mendahului kita,” jelasnya.
Pangeran Antasari dianugerahi pahlawan nasional dan kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK no 06/TK/1968 xi Jakarta 27 Maret 1968.
Sultan Banjar, Pemimpin tertinggi di Kesultanan Banjar ini dikenal orang yang paling berjasa dalam perang banjar melawan penjajahan belanda 14 Maret 1862 silam.
Peperangan itu ia dan pasukannya berjuang tanpa pernah menyerah, tertangkap apalagi tertipu oleh Belanda. Sampai akhirnya ia wafat karena penyakit paru-paru dan cacar yang menyerangnya. Beliau wafat 11 oktober 1862 berumur 53 tahun.
KH Idham Chalid, Pahlawan Nasional satu ini berasal dari Kalsel tepatnya di Satui, Tanah Bumbu yang lahir 27 Agustus 1921.
Idham Chalid, dianugerahi gelar Pahlawan Nasional di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Keppres Nomor 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.
Beliau adalah pemimpin Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terlama dari 1956 hingga 1984.
Bukan karena itu saja, jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara sudah banyak tertulis dalam catatan sejarah.
Idham Chalid juga pernah menjadi Ketua MPR/DPR aktif dalam dunia pendidikan dan mewariskan dua
yayasan pendidikan agama Islam Darul Maarif di Jakarta Selatan dan Darul Qur’an di Cisarua-Bogor, yang sekaligus juga menjadi tempat peristirahatan terakhirnya. Komitmennya dalam bidang pendidikan adalah dengan membuka yayasan pendidikan untuk orang yang tidak mampu.
Editor : Hamdani