Sosok Tiga Raja Debt Collector Indonesia, Bangun Dinasti dari Nol

- Redaksi

Selasa, 1 Oktober 2024 - 01:02 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Raja Debt Collector Indonesia, (Foto Ilustrasi)

Raja Debt Collector Indonesia, (Foto Ilustrasi)

BOMINDONESIA.COM, JAKARTA – Sosok debt collector atau penyedia jasa penagih utang semakin sering dijumpai di Indonesia. Hal ini terjadi lantaran mudahnya masyarakat untuk mendapatkan pinjaman uang baik melalui jalur legal maupun ilegal.

Uniknya, ada sosok debt collector yang dicap sebagai debt collector terkejam di Indonesia. Setidaknya ada tiga nama, yakni John Kei, Hercules, dan Basri Sangaji.

John Kei tiba di Jakarta pada 1992. Jakarta seperti menjadi tempat pelarian John Kei yang terancam dipenjara oleh polisi Maluku dan Surabaya. Sedangkan Basri Sangaji pergi ke Jakarta murni untuk mengadu nasib. Lain lagi dengan Hercules yang tiba di ibukota karena dibawa oleh tentara karena dia pernah menjadi Tenaga Bantuan Operasi (TBO) Kopassus di Timor Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mereka bertiga punya kesamaan, yakni tidak memiliki keahlian apa pun untuk bertahan hidup di Jakarta, selain keberanian. Maka, mereka akhirnya memilih menjadi gelandangan dan preman. Hercules, misalnya, dia dikenal pada masa orde baru sebagai preman ternama. Ke mana-mana selalu membawa golok atau senjata tajam.

Menurut Ian Douglas Wilson dalam Politik Jatah Preman (2018), awalnya jasa mereka digunakan oleh para kelompok masyarakat untuk menjaga “ketertiban” suatu wilayah.

Mulanya mereka hanya seorang diri, tetapi perlahan membentuk kelompok tersendiri. Kelompok tersebut berisi orang-orang dari kampung halamannya masing-masing yang pergi merantau ke Jakarta. Orang-orang yang berasal dari Ambon biasanya bergabung di bawah kelompok John Kei dan Basri Sangaji.

Baca Juga :  Bupati Kotabaru Tinjau dan Serahkan Bantuan untuk Korban Kebakaran Pasar Kemakmuran

Kei sendiri berasal dari Pulau Kei dan Basri dari Pulau Haruku. Lalu, jika dari Timor, mereka di bawah Hercules. Bagi para pendatang, ketiganya sosok kharismatik yang bisa diandalkan.

Maka, tak jarang para pendatang itu mengikuti jejak serupa, yakni menjadi preman. Kelompok yang dipimpin mereka kerap ribut di Jakarta pada era 1990-an dan menyebabkan banyak orang terbunuh.

Masih mengutip Ian Douglas Wilson, mereka bekerja layaknya mafia yang sangat identik dengan dunia gelap. Perlahan bisnis mereka beralih dari preman, menjadi penagihan utang dan makelar tanah sejak 1990-an.

Melansir Vice, tumbuhnya sektor keuangan dan perbankan swasta membuat anggota kelompok pimpinan John Kei dan lainnya menjadi debt collector atau penagih utang.

Hal ini kian marak ketika terjadi krisis ekonomi yang membuat banyak bank pailit dan meninggalkan kredit macet. Kredit macet itulah yang kemudian akan dikejar oleh para debt collector ke nasabah.

Selain itu, jasa mereka juga digunakan untuk menjaga tanah di Jakarta. Saat itu, lahan di Jakarta masih semrawut. Banyak kepemilikan ganda atas lahan di Jakarta. Akibatnya banyak penduduk yang memanfaatkan jasa dari orang Timur untuk menjaga lahannya.

Baca Juga :  Upik, Kurir 52.561 Butir Ekstasi, Dituntut Hukuman Mati

Maraknya penggunaan kelompok mereka oleh perusahaan-perusahaan besar membuat nama ketiganya kian jaya dan kesohor. Sejak saat itulah mereka kemudian dikenal sebagai ‘Raja‘ debt collector RI.

Bahkan, besarnya nama ketiganya bisa menciptakan gurita bisnis. Memang, bisnis penagihan utang tak selamanya formal, tetapi berkat ajaran ketiga raja tersebut, banyak anak buahnya yang mendirikan bisnis serupa.

Tak jarang pula ketiganya bersaing untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Geng Hercules pernah terlibat perkelahian dan bentrokan dengan pemerintah termasuk kelompok dari Geng Basri Sangaji Pada 2002.

Bahkan Hercules pernah menjadi tersangka pembunuhan Basri. Begitu pula John Kei yang juga pernah didakwa pembunuhan. Meski para bosnya sudah tiada dan dipenjara, perselisihan antara kelompok mereka dengan etnis lain berakar kuat. Begitu juga dengan profesi debt collector yang makin identik dengan kelompok dari Indonesia Timur. Kebesaran nama mereka di bisnis penagihan utang tak tergantikan hingga kini.

Saat ini, John Kei sedang berada di balik jeruji besi untuk kesekian kalinya dalam kasus penyerangan terhadap saudaranya di Tangerang. Sementara, Hercules dikabarkan taubat dan menjalani hidup sebagai pengusaha biasa.

bomindonesia

Editor : Mercurius

Berita Terkait

Atiek CB Daki Gunung Rinjani di Usia 62 Tahun, Banjir Pujian dari Sahabat Artis
Raya Brewbes Viral di Konser Iwan Fals, Senior OI Ini Tuai Pujian Warganet
Yuyun Ababiel Tutup Usia, Ratu Dangdut Elvy Sukaesih: Innalillahi wa inna ilaihi roji’un
Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental
Proses Risk Assessment Terhadap Kelayakan Stadion 17 Mei
Salurkan Bantuan untuk 6.721 Mustahik
Hijrah dan Sunyi Suara Umat Mayoritas
Terima Kasih & Selamat Tinggal Black Sabbath 1968–2025

Berita Terkait

Kamis, 17 Juli 2025 - 14:08 WITA

Atiek CB Daki Gunung Rinjani di Usia 62 Tahun, Banjir Pujian dari Sahabat Artis

Selasa, 15 Juli 2025 - 21:45 WITA

Raya Brewbes Viral di Konser Iwan Fals, Senior OI Ini Tuai Pujian Warganet

Senin, 14 Juli 2025 - 21:01 WITA

Yuyun Ababiel Tutup Usia, Ratu Dangdut Elvy Sukaesih: Innalillahi wa inna ilaihi roji’un

Sabtu, 12 Juli 2025 - 22:58 WITA

Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental

Sabtu, 12 Juli 2025 - 22:14 WITA

Proses Risk Assessment Terhadap Kelayakan Stadion 17 Mei

Berita Terbaru

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali meninjau langsung proses penyaluran bantuan subsidi upah

Halo Indonesia

Penyaluran Bantuan Subsidi Upah Tepat Sasaran

Kamis, 17 Jul 2025 - 23:40 WITA

Miris! 40 Persen Dari 208 Gedung SD di Banjarmasin Mengalami Rusak Parah

Kampus dan Pendidikan

Miris! 40 Persen Dari 208 Gedung SD di Banjarmasin Mengalami Rusak Parah

Kamis, 17 Jul 2025 - 18:24 WITA

Verified by MonsterInsights