Ketegangan di Mekkah: Pasukan Islam di Ambang Kemenangan Tanpa Tanding

- Jurnalis

Kamis, 23 Januari 2025 - 18:43 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kota Makkah Tempo Dulu (foto:istimewa/bomindonesia)

Kota Makkah Tempo Dulu (foto:istimewa/bomindonesia)

BOMINDONESIA.COM – Pagi itu, suasana Mekkah dipenuhi kecemasan. Kabar dari Abu Sufyan yang baru kembali ke kota menambah ketegangan. Ia mengumumkan bahwa pasukan Islam yang dipimpin Rasulullah ﷺ telah mendekat dengan kekuatan besar. Meski demikian, Hindun binti Utbah, istrinya, menanggapi kabar tersebut dengan sinis, menunjukkan perpecahan yang melanda kaum Quraisy.

Di luar kota, Rasulullah ﷺ memimpin pasukan dengan penuh ketenangan. Saat tiba di Dzi Thuwa, beliau menundukkan kepala sebagai wujud syukur kepada Allah atas kemenangan yang sudah dekat. Di tempat itu pula, beliau membagi pasukan dengan strategi yang matang. Khalid bin Al-Walid memimpin sayap kanan pasukan melalui dataran rendah Mekkah, sementara Az-Zubair bin Al-Awwam ditugaskan membawa bendera Rasulullah ﷺ dan memasuki Mekkah melalui dataran tinggi Kada’. Abu Ubaidah, bersama sejumlah pasukan tanpa senjata, diperintahkan masuk ke tengah lembah menuju Mekkah.

Baca Juga :  Lomba Poster dan Masak Nasi Goreng Meriahkan Harlah ke-13 Kopma Uniska

Sementara itu, Mekkah dilanda kegelisahan. Abu Sufyan mengumpulkan warga Quraisy dan berteriak lantang, “Barang siapa masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman! Barang siapa menutup pintunya, dia aman! Barang siapa masuk ke masjid, dia aman!” Sebagian besar warga memilih berlindung di rumah atau masjid, sementara kelompok kecil Quraisy yang dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jalil, Shafwan bin Umayyah, dan Suhail bin Amr bersiap untuk melawan.

Baca Juga :  Kapolresta Tegaskan Tak Beri Ruang bagi Premanisme Berkedok Ormas

Namun, tidak semua warga Quraisy yakin akan perlawanan ini. Hammas bin Qais, seorang Quraisy yang mempersiapkan senjata, ditegur oleh istrinya, “Demi Allah, tidak ada sesuatu pun yang mampu menghadapi Muhammad dan pasukannya.”

Rasulullah ﷺ dan pasukannya melanjutkan perjalanan hingga tiba di Dzi Thuwa. Di sana, beliau kembali menundukkan kepala sebagai bentuk ketundukan kepada Allah, dengan janggut yang hampir menyentuh pelana. Beliau memerintahkan pasukannya untuk tetap waspada, namun tidak menumpahkan darah kecuali jika diserang.

Dengan pembagian pasukan yang terorganisir, strategi matang, dan kepemimpinan yang tenang, pasukan Islam bersiap memasuki Mekkah, membawa misi yang akan mengubah sejarah selamanya.

Penulis : Mercurius

Editor : Mercurius

Berita Terkait

Petrus Penembak Misterius, Cara Soeharto Membasmi Premanisme di Tanah Air
Peresmian dan Perpisahan: Jejak Sejarah PT Sritex dari Soeharto hingga Penutupan
Kasus Menghilangnya Michael Rockefeller dalam Ekspedisi ke Papua
Ternyata! Belanda Belajar Membuat Kanal Kepada Orang Banjar
The Sin Nio, Pejuang Perempuan Indonesia yang Hidup Sulit hingga Akhir Hayat
Sejarah Dinas Kebersihan Era Belanda (1919) Mengatur Ketat Persampahan
Perjalanan ‘Nekat’ demi Konser Yngwie Malmsteen yang Tak Terlupakan
Sejarah Imlek dan Makna Dibalik Perayaannya

Berita Terkait

Sabtu, 15 Maret 2025 - 01:29 WITA

Petrus Penembak Misterius, Cara Soeharto Membasmi Premanisme di Tanah Air

Minggu, 2 Maret 2025 - 22:19 WITA

Peresmian dan Perpisahan: Jejak Sejarah PT Sritex dari Soeharto hingga Penutupan

Selasa, 11 Februari 2025 - 00:47 WITA

Kasus Menghilangnya Michael Rockefeller dalam Ekspedisi ke Papua

Senin, 10 Februari 2025 - 23:54 WITA

Ternyata! Belanda Belajar Membuat Kanal Kepada Orang Banjar

Kamis, 6 Februari 2025 - 11:45 WITA

The Sin Nio, Pejuang Perempuan Indonesia yang Hidup Sulit hingga Akhir Hayat

Berita Terbaru