Ki Hajar Dewantara hanya Lulusan Setara SD, Tapi Gagasannya Mencerahkan Bangsa

- Redaksi

Jumat, 2 Mei 2025 - 22:53 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Pranata (1959) Ki Hadjar Dewantara : Perintis perdjuangan kemerdekaan Indonesia, Balai Pustaka. (Wikimedia Commons)

Foto: Pranata (1959) Ki Hadjar Dewantara : Perintis perdjuangan kemerdekaan Indonesia, Balai Pustaka. (Wikimedia Commons)

BOMINDONESIA.COM, JAKARTA – Nama Ki Hajar Dewantara lekat sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Pemikiran besarnya yang memajukan dunia pendidikan Indonesia membuat tanggal lahirnya, 2 Mei, ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Namun, tak banyak yang tahu bahwa sosok bernama asli Soewardi Soeryaningrat itu hanya mengenyam pendidikan setara Sekolah Dasar (SD) dan bahkan sempat drop out dari pendidikan tinggi.

Soewardi lahir dari keluarga aristokrat Jawa, bagian dari garis keturunan Pangeran Paku Alam. Namun, kondisi ekonomi keluarganya yang menurun membuatnya tak menikmati sepenuhnya hak istimewa kaum bangsawan. Ia mengenyam pendidikan dasar di Europese Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa dan elit pribumi, yang kini setara dengan SD.

Baca Juga :  Warung Teh Poci Tegal di Kebayoran Lama: Buka Sore, Hangatkan Malam

Setelah lulus dari ELS, Soewardi melanjutkan pendidikan di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), sekolah pendidikan dokter pribumi yang setara perguruan tinggi. Sayangnya, ia harus mengundurkan diri pada 1909 akibat kondisi fisik yang lemah dan sering sakit-sakitan.

Sejarawan Djoko Marihandono mencatat bahwa ketidakhadirannya yang terlalu sering membuat beasiswanya dicabut, sehingga Soewardi keluar dari STOVIA. Ia pun beralih bekerja sebagai buruh pabrik gula, petugas perkebunan, staf perusahaan obat, hingga menjadi wartawan.

Meski tanpa gelar tinggi, pemikiran Soewardi justru jauh melampaui banyak lulusan formal. Pada 1922, ia mendirikan sekolah alternatif Taman Siswa di Yogyakarta, sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif.

Baca Juga :  Buntut Lirik Lagu Nyeleneh, Band Sukatani Tarik Lagu 'Bayar Bayar Bayar

Di sanalah ia mencetuskan filosofi pendidikan yang hingga kini masih digunakan, yakni Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).

Atas kontribusinya, Soewardi ditetapkan sebagai pahlawan nasional dan Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap 2 Mei sesuai hari kelahirannya, berdasarkan Keppres No. 316 Tahun 1959.

Kisahnya menjadi pengingat bahwa kecintaan terhadap ilmu dan pendidikan tidak selalu ditentukan oleh seberapa tinggi ijazah yang dimiliki, melainkan oleh ketulusan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penulis : Mercurius

Editor : Mercurius

Berita Terkait

O.M. Pancaran Muda dan Wiwiek Abidin Menghibur Masyarakat Banjarmasin
Garda Swiss: Tentara Terkecil di Dunia yang Setia Menjaga Paus dan Kota Vatikan
KONKLAF: Rahasia di Balik Pintu Tertutup Vatikan
Jejak Peci Hitam di Tanah Samarkand: Soekarno dan Ziarah Spiritual ke Makam Imam Bukhari
Cinta, Seks, dan Neraka: Kengerian di Balik Senyuman Children of God”
Mengapa Lagu “Selamat Hari Lebaran” Jarang Diputar Utuh? Ternyata Liriknya Kritik Pemerintah
Oei Hui-lan, Putri Raja Gula Semarang yang Jadi Ibu Negara China
Petrus Penembak Misterius, Cara Soeharto Membasmi Premanisme di Tanah Air

Berita Terkait

Kamis, 15 Mei 2025 - 23:37 WITA

O.M. Pancaran Muda dan Wiwiek Abidin Menghibur Masyarakat Banjarmasin

Jumat, 2 Mei 2025 - 22:53 WITA

Ki Hajar Dewantara hanya Lulusan Setara SD, Tapi Gagasannya Mencerahkan Bangsa

Kamis, 1 Mei 2025 - 00:01 WITA

Garda Swiss: Tentara Terkecil di Dunia yang Setia Menjaga Paus dan Kota Vatikan

Rabu, 30 April 2025 - 22:39 WITA

KONKLAF: Rahasia di Balik Pintu Tertutup Vatikan

Jumat, 25 April 2025 - 23:21 WITA

Jejak Peci Hitam di Tanah Samarkand: Soekarno dan Ziarah Spiritual ke Makam Imam Bukhari

Berita Terbaru

Banjarmasin Bungas

Waspada Pencurian Meteran Ledeng, PAM Catat Sudah Ada 30 Kasus

Senin, 19 Mei 2025 - 10:25 WITA

Ahmad Humaidi (45), seorang pendulang intan, tewas tertimbun longsor di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Minggu sore. (foto Istimewa)

Kalsel

Pendulang Intan di Cempaka Tewas Tertimbun Longsor

Minggu, 18 Mei 2025 - 22:14 WITA

Memaknai HUT ALRI, Anak Muda Bisa Terapkan Semangat ALRI dalam Kehidupan

Kalimantan Membangun

Memaknai HUT ALRI, Anak Muda Bisa Terapkan Semangat ALRI dalam Kehidupan

Minggu, 18 Mei 2025 - 19:33 WITA