Nurnaningsih: Marilyn Monroe-nya Indonesia yang Kontroversial dan Legendaris

- Jurnalis

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 00:55 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Nurnaningsih (Foto Istimewa)

Nurnaningsih (Foto Istimewa)

BOMINDONESIA.COM, JAKARTANurnaningsih, aktris legendaris Indonesia dari era 1950-an, lahir di Wonokromo, Surabaya, pada 5 Desember 1928. Dibalik pesonanya yang memikat, tersimpan kisah hidup penuh liku dan kontroversi.

Dengan garis keturunan bangsawan Yogyakarta dari sang ayah dan Surakarta dari ibunya, Nurnaningsih besar di tengah harapan keluarganya untuk menjalani kehidupan yang patuh pada tradisi.

Namun, keinginan kuat Nurna—panggilan akrabnya—untuk menjadi bintang film tidak dapat dibendung. Perjalanan hidupnya dimulai dengan pernikahan yang singkat dan penuh tekanan, yang hanya bertahan dua bulan.

Tekadnya untuk merantau ke Jakarta pada usia 25 tahun membuktikan semangat juangnya. Meski tinggal di gubuk di pinggir Kali Ciliwung, Nurna tak pernah menyerah. Ia mengejar mimpinya dengan belajar vokal dan teater.

Baca Juga :  Pj Bupati Hermon Pimpin Apel Gabungan

Mimpi itu terwujud ketika Usmar Ismail mengajaknya membintangi film Krisis (1953), meski bayarannya hanya Rp180. Kesuksesan Krisis menyelamatkan industri film nasional dari keterpurukan finansial

Setahun kemudian, Nurnaningsih membintangi film Harimau Campa karya Jayakusuma, yang semakin mengukuhkan namanya. Namun, film ini juga menimbulkan kontroversi karena adegan vulgar yang membuatnya dijuluki “bom s3ks” Indonesia.

Aksi Nurna menjadi sorotan media dan publik, tetapi dia berdalih bahwa hal tersebut adalah bagian dari seni. Kepopulerannya semakin meroket, bahkan foto-foto vulgarnya beredar hingga ke Amerika dan Italia.

Baca Juga :  Beberapa Tradisi yang Dimiliki oleh Suku Dayak

Meskipun dikecam, skandal ini justru menambah popularitas Nurna. Ia tetap tampil percaya diri di berbagai pementasan, meski akhirnya boikot masyarakat membuatnya perlahan menghilang dari dunia perfilman.

Namun, di bawah era Presiden Soeharto yang lebih terbuka pada budaya barat, Nurnaningsih kembali ke layar perak. Ia tampil dalam beberapa film terkenal seperti Bernafas dalam Lumpur (1970), Nafsu Gila (1973), dan Malam Satu Suro (1988), sebelum akhirnya wafat pada 21 Maret 2004.

Nurnaningsih bukan hanya ikon perfilman, tetapi juga simbol kontroversial yang mengguncang norma sosial zamannya. Keberaniannya menantang tabu, sekaligus kecintaannya pada seni, menjadikannya legenda abadi di jagat hiburan Indonesia.

Editor : Mercurius

Berita Terkait

Berawal dari Tiga Ekor, Sertu Edy Karyani Sukses Besarkan Usaha Ternak Kambing
Jadwal Keberangkatan KA Parahyangan dari Bandung ke Jakarta
Putri Pedangdut asal Banjarmasin Dapat Pujian dari Iis Dahlia
Coba Minum Jus Tomat Saat Berbuka Puasa
Setelah Green Day, Jakarta Kembali Bergemuruh dengan Konser Linkin Park
Lebih 7.500 Jemaah Telah Melunasi Biaya Haji
Green Day Mengguncang Jakarta: Nostalgia Punk Rock yang Meledak di Ancol
Kuliner Banjar Unjuk Gigi di TMII, Pemprov Kalsel Promosikan Patin Baubar hingga Ketupat Kandangan

Berita Terkait

Selasa, 18 Februari 2025 - 23:41 WITA

Berawal dari Tiga Ekor, Sertu Edy Karyani Sukses Besarkan Usaha Ternak Kambing

Selasa, 18 Februari 2025 - 18:34 WITA

Jadwal Keberangkatan KA Parahyangan dari Bandung ke Jakarta

Selasa, 18 Februari 2025 - 16:04 WITA

Putri Pedangdut asal Banjarmasin Dapat Pujian dari Iis Dahlia

Selasa, 18 Februari 2025 - 00:17 WITA

Coba Minum Jus Tomat Saat Berbuka Puasa

Senin, 17 Februari 2025 - 01:12 WITA

Setelah Green Day, Jakarta Kembali Bergemuruh dengan Konser Linkin Park

Berita Terbaru

Banjarmasin Bungas

Setelah Dilantik, Wali Kota Yamin Masuk Akademi Militer

Rabu, 19 Feb 2025 - 15:23 WITA

Pengamat Dr Didi Susanto (foto:bomindonesia)

Kalimantan Membangun

Dr Didi Susanto: Makan Bergizi Gratis Kebijakan Bagus

Rabu, 19 Feb 2025 - 14:17 WITA