Penulis : Mercurius
BOMINDONESIA.COM, SURAKARTA — Kota Solo pernah menjadi barometer perkembangan musik rock di era 70-an hingga awal 90-an.
Dari sini lahir band cadas seperti Ternchem, Destroyer, dan Kaisar yang sukses dengan tembang legendaris “Kerangka Langit.” Namun, salah satu peristiwa yang paling diingat pecinta musik rock di Solo adalah konser bersejarah Yngwie Malmsteen pada 4 Juli 1990 di Stadion Sriwedari.
Konser ini menjadi pembuka tur Yngwie di Indonesia sebelum berlanjut ke Surabaya. Kota Solo beruntung menjadi saksi aksi dewa gitar asal Swedia yang sedang berada di puncak kariernya.
Wartawan bom Indonesia.com termasuk yang beruntung menyaksikan pertunjukan spektakuler tersebut bersama dua sahabat SMA. Dengan modal nekad bersama dua sahabat SMA (saat itu penulis masih kelas 2, sementara satu teman kakak kelas akan melanjutkan studi di Yogyakarta)
Sejak dinihari penulis sudah mengantri tiket kapal KM Kelimutu di Kantor PT Pelni Jalan RE Martadinata menuju ke Semarang. Singkat cerita dengan naik bus ,penulis bersama dua sahabat tiba di Solo
Tiba siang hari di kota berjuluk Kota Berseri itu , kami langsung antri membeli tiket konser yang dipatok Rp12.500, itu di loket tiket. Kemudian bergabung bersama penonton lainnya yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Meski hujan sempat mengguyur, konser tetap dimulai tepat pukul 20.30 WIB. Yngwie J Malsmteen memukau penonton dengan tembang seperti Making Love, Far Beyond the Sun, dan Hold On.
Jemari cepatnya memetik senar gitar menjadi daya tarik tersendiri, termasuk momen legendaris ketika penulis berhasil mendapatkan pick gitar bertanda tangan sang maestro yang tak jarang melempar pick guitarnya ke arah penonton.
Konser berlangsung sukses meski sempat dihentikan sejenak akibat keributan kecil penonton tanpa tiket. Setelah situasi terkendali, konser dilanjutkan hingga pukul 22.00 WIB, diakhiri dengan nyanyian bersama lagu hits Save Our Love.
Meski atraksi khas Yngwie membakar gitar tidak dilakukan, penonton tetap puas. Solo menjadi momen terbaik dari tur Yngwie di Indonesia.
Konser di Surabaya yang seharusnya spektakuler justru berakhir kurang maksimal karena hujan deras. Yngwie bahkan dikabarkan menangis di belakang panggung karena gagal menampilkan performa maksimal.
Konser Yngwie di Solo adalah nostalgia tak terlupakan yang membuktikan bahwa Kota Solo memang layak menjadi salah satu pusat sejarah musik rock di Indonesia. Puluhan tahun kemudian penulis beruntung kembali bisa menyaksikan penampilan sang maestro tersebut.
Berkat kebaikan hati teman penulis berhasil menyaksikan gitaris yang sempat dijuluki gitaris tercepat di dunia itu bersama empat gitaris dunia lainnya Steve Vai, , Zakk Wylde, Nuno Bettencourt dan Tosin Abasi yang menyambangi Jakarta dalam tur konser keliling Asia di Econvention Ancol pada 21 April 2017.
Penulis : Mercurius
Editor : Mercurius
Sumber Berita : Pengalaman Penulis