BOMINDONESIA.COM, SRI LANKA – Duta Besar Republik Indonesia untuk Sri Lanka, Dewi Gustina Tobing, telah mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Sri Lanka, Anura Kumara Dissanayake, pada tanggal 25 Februari 2025 di Kantor Sekretariat Presiden di Colombo, Sri Lanka.
Kunjungan ini merupakan pertemuan resmi pertama antara Duta Besar Dewi Tobing dan Presiden Anura sejak pelantikan Presiden Sri Lanka pada 23 September 2024.
Duta Besar Dewi Tobing menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Presiden Anura serta menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia untuk terus memperkuat hubungan bilateral yang telah terjalin selama lebih dari 70 tahun.
Pada kesempatan tersebut, Duta Besar RI menyoroti kesamaan antara Indonesia dan Sri Lanka, termasuk periode pemerintahan baru yang hampir bersamaan.
Duta Besar Dewi Tobing juga menyampaikan apresiasi atas program “Clean Sri Lanka” yang diluncurkan Presiden Anura pada tanggal 1 Januari 2025, yang tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan tetapi juga reformasi tata kelola pemerintahan dan semangat anti-korupsi.
Dubes Dewi menyampaikan, program ini selaras dengan kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan: efisiensi, good governance, dan pemberantasan korupsi.
Lebih lanjut, Duta Besar Dewi Tobing memperkenalkan kepada Presiden Sri Lanka akan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang diluncurkan Presiden Prabowo Subianto pada tanggal 24 Februari 2025.
Pembentukan Danantara merupakan kebijakan Indonesia untuk menciptakan kemandirian ekonomi, menumbuhkan ketahanan di berbagai sektor dan kesejahteraan masyarakat.
Dubes Dewi Tobing menyampaikan, Danantara diproyeksikan akan menjadi salah satu sovereign wealth fund terbesar didunia dengan dana awal sebesar US$ 20 milyar yang akan diinvestasikan untuk proyek- proyek hilirisasi dan akan mengumpulkan modal mencapai US$ 900 milyar. Juga disampaikan keterbukaan Indonesia untuk investasi inboud dan outbound dan siap untuk bekerjasama dengan Negara mitra termasuk Sri Lanka.
Presiden Sri Lanka yang juga mencanangkan prinsip keterbukaan untuk investasi inbound dan outbound, menyambut baik kebijakan Indonesia tersebut dan tertarik untuk kerjasama yang saling menguntungkan.
Selain itu, diskusi juga mencakup penguatan hubungan perdagangan bilateral yang selama ini terus meningkat, dan masih memiliki ruang untuk dikembangkan lebih lanjut.
Sebagai langkah konkret, juga dibahas mengenai kelanjutan negosiasi Preferential Trade Agreement (PTA) yang telah dirintis sejak tahun lalu. Perjanjian ini diharapkan dapat membuka peluang baru bagi kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Sri Lanka.
Pertemuan ini semakin memperkokoh komitmen kedua negara dalam memperluas kerja sama strategis di berbagai sektor, termasuk perdagangan, investasi, dan tata kelola pemerintahan.
Editor : Afdiannoor