bomindonesia.com
Beranda Cermin God Bless, Rumah Kita, dan Semangat Indonesia

God Bless, Rumah Kita, dan Semangat Indonesia

Mercurius

BOMINDONESIA.COM–Kamis (5/6/2025) malam, bukan sekadar kemenangan atas China.

GBK bergemuruh bukan hanya oleh sorakan suporter, tetapi juga oleh semangat kebangsaan yang terpancar lewat musik.

Lagu “Bagimu Negeri” dan “Rumah Kita” yang dibawakan God Bless menjadi simbol kuat bahwa perjuangan di lapangan tidak bisa dilepaskan dari kecintaan kita terhadap tanah air.

God Bless sendiri adalah simbol keberagaman: Achmad Albar berdarah Arab, Ian Antono keturunan Tionghoa, dan para personel lainnya berasal dari latar berbeda, namun semuanya berpadu dalam satu suara.

Seperti Indonesia, mereka berbeda-beda tapi tetap satu.

Di usia yang tak lagi muda, God Bless tetap berdiri tegak di panggung nasional, membakar semangat generasi baru tanpa kehilangan roh perjuangan.

Lagu “Rumah Kita” mengingatkan kita semua bahwa Indonesia adalah rumah besar yang harus dijaga bersama—rumah yang menampung keberagaman, menyatukan suara-suara berbeda dalam harmoni kebangsaan.

Di tengah riuhnya stadion, musik menjadi jembatan emosi kolektif: antara penonton, pemain, dan tanah yang kita cintai.

Baca Juga :  Tiga Basisst Rock Terbaik di Indonesia Era '70' an

Malam itu, lewat sepak bola dan nada-nada kebangsaan, kita diingatkan kembali bahwa merah putih tak hanya dikibarkan, tapi juga dirasakan, dihayati, dan dijaga.

Momen seperti ini mengingatkan kita pada masa-masa kejayaan Indonesia di ajang internasional, ketika melawan negara adidaya seperti Uni Soviet (sekarang disebut Rusia) di ajang Olimpiade 1956

Di tengah keterbatasan,para pemain Indonesia seperti Ramang, Tan Liong Houw, Rukma Sudjana, hingga kiper Maulwi Saelan, berjuang secara gigih mengadang gempuran Timnas Uni Soviet.

Kala itu, Uni Soviet mempunyai beberapa pemain kaliber dunia. Sebut saja, Igor Netto, Valentin Ivanov, termasuk kiper legendaris Lev Yashin

Ramang dan kawan kawan kala itu tampil dengan semangat membara, membawa nama bangsa tanpa gentar.

Skor “kacamata” 0-0 pun bertahan hingga waktu normal.

Demikian juga saat perpanjangan waktu selesai

Semangat itu tak lahir dari fasilitas mewah atau pembinaan canggih, melainkan dari rasa cinta tanah air yang dalam, sama seperti yang terpancar malam itu di GBK.

Ketika “Bagimu Negeri” menggema dan God Bless mengumandangkan “Semangat Indonesia,” kita seolah diingatkan bahwa perjuangan tidak pernah benar-benar usai.

Di tengah zaman yang semakin cair dan penuh tantangan global, kebersamaan dan nasionalisme menjadi benteng terakhir kita.

Musik, olahraga, dan rasa memiliki terhadap Indonesia adalah pilar-pilar yang harus terus dijaga.

Malam itu, GBK bukan hanya menjadi saksi kemenangan sepak bola, tetapi juga tempat lahirnya kembali semangat kolektif: bahwa Indonesia, dengan segala perbedaannya, tetap bisa bersatu, berprestasi, dan bermakna.

Penulis Mercurius

 

bomindonesia

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Iklan

Verified by MonsterInsights