Hari Buruh di Tengah Badai PHK — Ironi di Negeri Para Pekerja

BOMINDONESIA.COM,–Hari Buruh Internasional , Kamis (1/5/2025) dirayakan dalam suasana yang jauh dari ideal. Alih-alih menjadi momentum penghargaan atas jerih payah para buruh, peringatan ini justru dihantui oleh gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melanda berbagai sektor di seluruh Indonesia.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, jumlah pekerja yang terkena PHK di Indonesia sangat tinggi. Pada tahun 2024, sebanyak 257.471 pekerja tidak lagi menjadi peserta BPJS TK akibat PHK, dan 154.010 pekerja mengajukan klaim Jaminan Hari Tua (JHT) karena kehilangan pekerjaan.
Memasuki tahun 2025, hingga 10 Maret saja, jumlah pekerja yang mengalami PHK sudah mencapai 73.992 orang, dengan 40.683 pekerja mengajukan klaim JHT BPJS TK.
Angka ini menunjukkan bahwa gelombang PHK masih terus berlanjut, dan bisa saja meningkat dalam beberapa bulan ke depan
Ironisnya, di tengah badai PHK, masih terdengar narasi optimisme dari sebagian pejabat tentang serapan tenaga kerja baru dan daya saing industri nasional. Tapi apa arti semua itu bagi para buruh yang kini kehilangan pekerjaan, penghasilan, dan rasa aman?
Hari Buruh seharusnya menjadi panggung solidaritas dan harapan. Namun tahun ini, yang lebih nyata adalah kecemasan dan kekecewaan. Pemerintah dan pengusaha harus bercermin.
Tak ada kemajuan ekonomi yang layak dibanggakan jika tidak berpihak pada kaum pekerja. Tanpa keberpihakan nyata, Hari Buruh tak lebih dari seremoni kosong.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now