BOMINDONESIA.COM, BANJARMASIN – Kejahatan digital sudah terjadi dimana-mana dan kebanyakan merugikan para pelaku usaha kecil. Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Kota Banjarmasin, Windiasti Kartika pun angkat bicara terkait itu.
Kata Windi, perlu diketahui terlebih dulu secara detail perbedaan antara barcode dan QR Code serta potensi bahaya yang mengintai penggunaannya.
Mulai dari Barcode, itu biasanya bisa ditemukan di kemasan-kemasan barang, misalnya makanan ringan atau kebutuhan harian. Barcode terdiri dari garis-garis yang di-scan oleh kasir untuk menunjukkan stok barang dan sebagainya,” jelas Windiasti.
Sementara itu, QR Code sering digunakan untuk pembayaran atau tanda tangan elektronik. Namun, saat ini penipuan baru yang disebut Quishing, yaitu pishing yang menggunakan QR Code, semakin sering terjadi di Banjarmasin. “Kita harus pahami Antara barcode dengan QR code,” ucapnya
Windi pun menjelaskan lagi, bahwa Quishing adalah metode pishing yang mengelabui korban melalui QR Code palsu. Quishing bertujuan untuk mencuri data pribadi kita, seperti nama, data login, OTP, dan sebagainya.
Biasanya, pelaku menempelkan QR Code palsu di tempat-tempat umum, seperti kotak amal atau spanduk, seolah-olah dikeluarkan oleh lembaga resmi.
Windiasti juga memberikan tips untuk menghindari menjadi korban Quishing. Seperti jangan asal scan QR Code, terutama yang ditempel di tempat umum. Selalu cek apakah QR Code tersebut meminta data pribadi seperti nama, alamat, atau data login.
Jika ragu, periksa apakah rekening bank yang dituju benar-benar milik lembaga yang bersangkutan. Dengan meningkatnya penggunaan QR Code di tenant-tenant, tempat makan, dan belanja di Kota Banjarmasin,
Windi mengingatkan seluruh ASN untuk lebih waspada terhadap potensi penipuan ini dan selalu berhati-hati saat menggunakan teknologi ini dalam kehidupan sehari-hari. “Seluruh ASN kita harapakan bisa waspada kejahatan teknologi itu, sekarang sudah banyak korbannya,” tutupnya.
Editor : Hamdani