BOMINDONESIA.COM, VATIKAN – Dunia Katolik resmi memiliki pemimpin baru. Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat terpilih sebagai Paus ke-268 dalam sejarah Gereja Katolik Roma dan mengambil nama Leo XIV. Ia diumumkan sebagai Paus baru pada Kamis (8/5/2025) dari balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan, setelah konklaf berlangsung dua hari.
“Annuntio vobis gaudium magnum, Habemus Papam!”
(“Aku mengumumkan kepada kalian kabar sukacita besar: Kita memiliki Paus!”)
Jejak Panjang di Dua Benua
Lahir di Chicago tahun 1955 dari keluarga berdarah Spanyol dan Prancis-Italia, Prevost mengawali pelayanannya sebagai putra altar dan ditahbiskan sebagai imam pada 1982. Tiga tahun kemudian, ia menetap di Peru dan mendedikasikan hidupnya untuk komunitas terpinggirkan.
Ia sempat mengajar di seminari, memimpin paroki lokal di Trujillo, dan membangun jejaring lintas budaya. Paus Fransiskus kemudian mengangkatnya sebagai Uskup Chiclayo, lalu menjadi prefek Dikasteri untuk Para Uskup—jabatan penting yang mengawasi dan menunjuk para uskup di seluruh dunia.
Meski baru diangkat menjadi kardinal pada 2023, keterpilihannya dinilai tidak mengejutkan.
Mayoritas kardinal yang memilih dalam konklaf adalah penunjukan langsung dari Paus Fransiskus, yang dikenal memiliki visi serupa dengan Leo XIV.
Visi Paus Baru
Dalam pidato perdananya, Paus Leo XIV memberi penghormatan mendalam kepada pendahulunya.
“Kita masih mendengar suara Paus Fransiskus yang lemah namun penuh keberanian, memberkati dunia,” ujarnya di hadapan ribuan umat. “Mari kita bersatu, bergandengan tangan dengan Tuhan, dan melangkah bersama.”
Dikenal sebagai pendukung reformasi Fransiskus, Leo XIV diyakini akan melanjutkan perhatian terhadap isu migran, kemiskinan, dan lingkungan.
Meskipun berasal dari AS, akar pelayanannya yang panjang di Amerika Latin menjadikannya simbol kesinambungan spiritual antara Utara dan Selatan.
Bayang-Bayang Kontroversi
Namun, masa lalu Leo XIV tak sepenuhnya mulus. Selama bertugas di Peru, ia tak luput dari sorotan skandal pelecehan seksual yang membayangi institusi Gereja.
Meski begitu, keuskupan tempatnya bertugas menegaskan bahwa ia tidak terlibat dalam upaya menutup-nutupi kasus tersebut.
Vatikan melalui juru bicara Matteo Bruni menyampaikan bahwa Gereja kini memerlukan pemimpin dengan “semangat kenabian”, yang mampu membawa terang di tengah dunia yang diliputi keputusasaan.
Harapan itu kini dipikul oleh Leo XIV.
Editor : Mercurius
Sumber Berita: Berbagai Sumber