BOMINDONESIA.COM, BANJARMASIN – Volume sampah di Kota Banjarmasin mencapai 400-500 ton perharinya. Dari jumlah itu, hanya ada 28 persen yang berhasil didaur ulang dari kegiatan TPS3R dan Bank Sampah.
Sementara sebagian besar sampah itu dibuang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih, Banjarmasin Selatan.
Hal itupun membuat TPA milik Pemkot Banjarmasin itu terancam tutup operasional, karena volume sampah dan minimnya lahan TPA.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin, Alive Yoesfah Love menyampaikan, sebenarnya TPA Basirih sudah berakhir di 2020 lalu.
Mengapa hingga sekarang masih bisa beroperasional? Itu salah satunya karena keberhasilan adanya Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle( TPS3R ) yang dikelola masyarakat setempat.
Banjarmasin sendiri telah memiliki 19 TPS3R yang tersebar di lima kecamatan di kota ini. Dalam ini kecamatan Banjarmasin Selatan yang paling banyak memiliki TPS3R. Itu terjadi karena wilayah selatan yang paling banyak penduduknya dan masih banyak lahan kosong.
“Adanya TPS3R ini telah membantu mengurangi sampah yang masuk ke TPA sebanayak 28 persen. Hal itu juga dapat menambah umur TPA ini kisaran 5 tahun lagi,” katanya.
Sebenarnya, adanya TPS3R itu bisa lebih lagi dimaksimalkan apabila masyarakat banyak yang sadar mau memilah sampah dari rumah. Jika itu terjadi, maka hanya sebagian kecil saja sampah yang masuk ke TPA, itupun hanya sampah yang tidak bisa didaur ulang lagi, karena semua jenis sampah plastik terpilah dari rumah.
Berhasilnya TPS3R mengurangi sampah, maka di anggaran tahun depan akan diusulkan kembali menambah beberapa unit TPS3R.
Kemudian upaya lainnya seperti melakukan pembuatan paving blok dari plastik bercampur organik juga menjadi harapan besar. Artinya banyak cara untuk mengurangi sampah di Kota Banjarmasin.
“Mulai dari kesadaran masyarakat mau memilah sampah, menambah TPS3R dan pembuatan paving blok dari plastik. Bila itu berjalan baik, maka sampah hanya sebagian kecilnya saja yang masuk,” katanya.
Editor : Hamdani