Benyamin Sueb, Seniman Legendaris yang Berpengaruh dalam Kebudayaan Betawi

- Jurnalis

Selasa, 29 Oktober 2024 - 01:53 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Benyamin Sueb (foto:istimewa)

Benyamin Sueb (foto:istimewa)

BOMINDONESIA.COM, JAKARTABenyamin Sueb, atau akrab disapa Bang Ben, adalah tokoh legendaris yang berpengaruh dalam kebudayaan Betawi dan dunia hiburan Indonesia.Benyamin dikenal sebagai seorang aktor, komedian, dan penyanyi, tetapi juga sebagai tokoh berpengaruh yang memelihara dan memperkenalkan budaya Betawi. Selama lebih dari empat dekade karirnya, ia memberikan kontribusi besar dalam dunia musik, film, dan teater.

Benyamin Sueb lahir pada 5 Maret 1939 di Kemayoran, Jakarta, dari keluarga sederhana. Hidup di tengah lingkungan Betawi yang kental dengan tradisi dan kesederhanaannya, Benyamin sejak kecil sudah akrab dengan kehidupan khas Betawi, yang menjadi inspirasi dalam setiap karya-karyanya. Meskipun ia tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, pengalaman hidupnya di jalanan Kemayoran menjadi “sekolah” terbaik bagi Benyamin. Dari kehidupan sehari-hari inilah ia mendapatkan inspirasi untuk banyak karya karya komedinya.

Sebagai seorang musisi, Benyamin memperkenalkan dan mempopulerkan musik tradisional Betawi, terutama genre gambang kromong. Meskipun pada saat itu banyak musisi Indonesia lebih tertarik pada genre musik Barat seperti jazz atau rock, Benyamin justru memilih jalur yang berbeda dengan memperkuat akar musik tradisional Betawi.

Dengan grup musiknya, Benyamin S. Group, ia merilis berbagai lagu populer yang memadukan unsur-unsur tradisional dengan musik modern.”Lagu-lagu seperti “Nonton Bioskop”, “Kompor Meleduk”, dan “Ondel-Ondel” menjadi hits kala itu dan dicintai oleh berbagai kalangan, baik tua maupun muda. Lirik-liriknya yang sederhana, penuh humor, namun menyimpan sindiran sosial, membuat lagu-lagunya mudah diterima oleh masyarakat.

Selain itu, Benyamin juga bereksperimen dengan berbagai genre musik, termasuk jazz. Hal ini terlihat dari kolaborasinya dengan musisi-musisi jazz Indonesia. Meskipun ia dikenal sebagai “anak Betawi,” Benyamin menunjukkan bahwa musik tradisional Betawi dapat berkembang dan bersanding dengan genre musik lain tanpa kehilangan identitasnya.

Baca Juga :  Ini Alasan KPK Tetapkan Sahbirin Noor Tersangka, Tanpa Periksa Langsung

Tidak hanya di dunia musik, Benyamin juga sukses besar di dunia film. Karir filmnya dimulai pada tahun 1970-an, dan sejak saat itu, ia membintangi lebih dari 50 film. Salah satu film yang paling dikenang adalah “Benyamin Biang Kerok” (1972), di mana ia memerankan karakter lucu dan usil yang sangat khas. Peran ini membuatnya semakin dicintai oleh fans fansnya.

Kepiawaiannya dalam berakting tidak hanya terbatas pada komedi. Meski dikenal sebagai komedian, Benyamin juga mampu memerankan karakter-karakter serius dengan sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa ia bukan hanya sekedar seorang pelawak, Tetapi juga aktor yang mampu menampilkan emosi dengan baik dan berperan dalam berbagai karakter.

Peran lainnya yang terkenal adalah dalam film “Intan Berduri” (1972), di mana Benyamin meraih penghargaan sebagai Aktor Terbaik pada Festival Film Indonesia. Film ini menampilkan sisi serius Benyamin yang jarang terlihat, sekaligus membuktikan bahwa ia mampu berakting dalam film drama.

Salah satu kekuatan utama Benyamin Sueb adalah kemampuannya untuk menyajikan humor yang relevan dan membumi. Banyak dari karyanya, baik di musik maupun film, mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi dengan segala suka dukanya. Ia sering kali menampilkan kisah-kisah sederhana tentang kehidupan jalanan di Jakarta, di mana orang-orang kecil harus berjuang untuk hidup.

Humornya tidak pernah terkesan mengejek atau merendahkan. Sebaliknya, Benyamin selalu mampu menampilkan humor yang “sehat” dan mendidik. Ia sering kali menggunakan bahasa Betawi yang kental dalam karyanya, sehingga memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas. Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di seluruh Indonesia.

Contohnya, dalam lagu “Si Jampang”, Benyamin bercerita tentang tokoh legendaris Betawi yang gagah berani, tetapi dengan sentuhan humor khas yang membuat pendengar tertawa. Lagu-lagunya selalu menyelipkan pesan moral yang bisa dipetik oleh masyarakat, tanpa terasa menggurui.

Baca Juga :  Perjalanan Prabowo Subianto dari Tentara hingga Presiden

Meski karir seninya sangat gemilang, Benyamin tidak hanya berkutat di dunia hiburan. Ia juga terjun ke dunia politik pada tahun 1980an dan terpilih sebagai anggota DPRD Jakarta. Dalam karir politiknya, Benyamin tetap membawa sikap rendah hati dan kepribadiannya yang merakyat. Ia selalu memperjuangkan kepentingan masyarakat kecil dan sering kali menyuarakan aspirasi mereka di dalam sidang-sidang DPRD.

Tidak hanya itu, Benyamin juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia sering kali terlibat dalam acara-acara amal dan selalu siap membantu masyarakat yang membutuhkan. Baginya, seni bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga alat untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

Benyamin Sueb meninggal dunia pada 5 September 1995, namun warisannya tetap hidup hingga kini. Ia tidak hanya diingat sebagai seniman serba bisa, tetapi juga sebagai salah satu pahlawan budaya Betawi. Karya-karyanya masih sering diputar di berbagai media, dan generasi muda terus mengenal namanya sebagai tokoh penting dalam sejarah seni Indonesia.

Banyak seniman muda yang terinspirasi oleh karya-karya Benyamin, baik di dunia musik, film, maupun komedi. Di Jakarta sendiri, nama Benyamin Sueb diabadikan menjadi nama jalan dan bahkan sebuah museum didirikan untuk mengenang perjalanan hidupnya dan kontribusinya dalam dunia seni.

Tidak bisa dipungkiri, Benyamin adalah sosok yang memberikan warna tersendiri bagi budaya Betawi dan Indonesia secara umum. Ia membuktikan bahwa kebudayaan lokal memiliki tempat yang penting dalam kancah seni nasional, dan karyanya akan terus hidup sebagai salah satu warisan budaya yang paling berharga di Indonesia.

Editor : Mercurius

Berita Terkait

Kasus Menghilangnya Michael Rockefeller dalam Ekspedisi ke Papua
Ternyata! Belanda Belajar Membuat Kanal Kepada Orang Banjar
The Sin Nio, Pejuang Perempuan Indonesia yang Hidup Sulit hingga Akhir Hayat
Sejarah Dinas Kebersihan Era Belanda (1919) Mengatur Ketat Persampahan
Perjalanan ‘Nekat’ demi Konser Yngwie Malmsteen yang Tak Terlupakan
Sejarah Imlek dan Makna Dibalik Perayaannya
Ketegangan di Mekkah: Pasukan Islam di Ambang Kemenangan Tanpa Tanding
Kisah Henry Tandey: Kala Satu Kebaikan Pada Akhirnya Mengakibatkan Kematian 80 Juta Orang

Berita Terkait

Selasa, 11 Februari 2025 - 00:47 WITA

Kasus Menghilangnya Michael Rockefeller dalam Ekspedisi ke Papua

Senin, 10 Februari 2025 - 23:54 WITA

Ternyata! Belanda Belajar Membuat Kanal Kepada Orang Banjar

Kamis, 6 Februari 2025 - 11:45 WITA

The Sin Nio, Pejuang Perempuan Indonesia yang Hidup Sulit hingga Akhir Hayat

Selasa, 4 Februari 2025 - 21:31 WITA

Sejarah Dinas Kebersihan Era Belanda (1919) Mengatur Ketat Persampahan

Sabtu, 1 Februari 2025 - 22:13 WITA

Perjalanan ‘Nekat’ demi Konser Yngwie Malmsteen yang Tak Terlupakan

Berita Terbaru

Banjarmasin Bungas

Setelah Dilantik, Wali Kota Yamin Masuk Akademi Militer

Rabu, 19 Feb 2025 - 15:23 WITA

Pengamat Dr Didi Susanto (foto:bomindonesia)

Kalimantan Membangun

Dr Didi Susanto: Makan Bergizi Gratis Kebijakan Bagus

Rabu, 19 Feb 2025 - 14:17 WITA