BOMINDONESIA.COM, TEL AVIV – Pada Selasa (1/10/2024) waktu setempat, Iran dilaporkan meluncurkan puluhan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan ini hanya berselang empat hari setelah serangan Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Beirut.
Serangan ini terjadi lebih cepat dari perkiraan pejabat Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Iran akan melancarkan serangan dalam waktu dekat.
Militer Israel memperingatkan warganya melalui platform X pada pukul 7.35 malam waktu setempat untuk segera mencari perlindungan di tempat aman menyusul serangan rudal yang diluncurkan dari Iran.
Ini merupakan serangan kedua yang dilakukan Iran terhadap Israel dalam waktu kurang dari enam bulan. Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai dampak dari serangan tersebut, meskipun beberapa aktivis di media sosial melaporkan terdengar ledakan di Tel Aviv.
Sebelumnya, pejabat Gedung Putih telah mengeluarkan peringatan bahwa Iran sedang mempersiapkan serangan rudal balistik terhadap Israel setelah serangan darat Israel yang terbatas terhadap Hizbullah di Lebanon.
Pejabat senior Gedung Putih mengonfirmasi bahwa pihaknya memiliki indikasi kuat mengenai rencana Iran untuk meluncurkan serangan tersebut. Mereka juga menyatakan bahwa Amerika Serikat siap memberikan dukungan pertahanan kepada Israel jika serangan itu benar-benar terjadi.
Pihak AS menegaskan jika Iran melanjutkan serangannya, mereka akan menghadapi konsekuensi serius.
Peringatan dari Gedung Putih menyebutkan serangan rudal yang mungkin dilakukan oleh Iran bisa sama besar atau bahkan lebih besar daripada serangan yang terjadi pada bulan April, ketika Iran meluncurkan 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 120 rudal balistik ke Israel, sebagian besar di antaranya berhasil dijatuhkan oleh pertahanan Israel.
Juru bicara Angkatan Pertahanan Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengonfirmasi, AS telah memberikan informasi terkait serangan yang akan datang dan menekankan bahwa pasukan Israel dalam keadaan siaga tinggi, baik secara ofensif maupun defensif.
Ia menegaskan bahwa serangan dari Iran akan berakibat serius dan Israel telah menyiapkan rencana serta kemampuan untuk merespons. Peningkatan ketegangan ini memicu kekhawatiran bahwa situasi dapat berkembang menjadi konflik berskala besar antara Israel dan Iran.
Pada malam yang sama, Kedutaan Besar AS di Yerusalem meminta semua karyawan dan anggota keluarga mereka untuk berlindung hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Mereka juga memperingatkan warga AS untuk tetap waspada dan berhati-hati mengingat tingginya risiko keamanan saat ini. Israel sendiri telah memulai operasi militer di Lebanon selatan, yang mereka sebut Operasi Panah Utara, sebagai respons terhadap ancaman dari Hizbullah, menandai langkah pertama yang signifikan sejak perjanjian damai 2006
Editor : Mercurius