Peresmian dan Perpisahan: Jejak Sejarah PT Sritex dari Soeharto hingga Penutupan

- Redaksi

Minggu, 2 Maret 2025 - 22:19 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jejak Sejarah PT Sritex dari Soeharto hingga Penutupan (Foto :Istimewa)

Jejak Sejarah PT Sritex dari Soeharto hingga Penutupan (Foto :Istimewa)

BOMINDONESIA.COM, SUKOHARJO  – Tiga puluh tiga tahun setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 2 Maret 1992, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) resmi menutup operasinya pada 1 Maret 2025. Penutupan ini menjadi akhir dari perjalanan panjang salah satu raksasa tekstil Indonesia, meninggalkan kenangan bagi ribuan pekerja dan masyarakat yang pernah bergantung pada kejayaan perusahaan ini.

Awal Sebuah Kejayaan

Tahun 1992, Presiden Soeharto meresmikan pabrik Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, sebagai bagian dari upaya memperkuat industri tekstil nasional. Perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi salah satu pemasok tekstil terbesar di dunia, termasuk seragam militer untuk berbagai negara.

Dengan ribuan tenaga kerja dan jaringan bisnis yang luas, Sritex menjadi simbol keberhasilan industri manufaktur Indonesia. Di bawah kepemimpinan HM Lukminto, perusahaan ini terus berkembang, bahkan melewati berbagai tantangan ekonomi, mulai dari krisis moneter 1998 hingga pandemi Covid-19.

Baca Juga :  Kisah Henry Tandey: Kala Satu Kebaikan Pada Akhirnya Mengakibatkan Kematian 80 Juta Orang

Momen Perpisahan yang Emosional

Namun, roda bisnis tak selamanya berputar ke atas. Masalah keuangan, utang yang menumpuk, serta perubahan pola konsumsi tekstil global menjadi tantangan berat bagi Sritex. Hingga akhirnya, pada 1 Maret 2025, perusahaan ini mengumumkan penghentian operasionalnya.

Momen perpisahan yang berlangsung di pabrik Sritex di Sukoharjo dihadiri oleh ribuan mantan pekerja, keluarga mereka, dan masyarakat setempat. Beberapa di antaranya tak kuasa menahan air mata, mengingat perusahaan ini telah menjadi bagian dari kehidupan mereka selama puluhan tahun.“Sritex bukan hanya tempat kerja bagi kami, tapi juga bagian dari sejarah keluarga kami. Banyak dari kami yang bekerja di sini sejak muda, membesarkan anak-anak dengan penghasilan dari sini. Kini, semuanya hanya tinggal kenangan,” ujar Widianto, salah satu mantan pekerja yang hadir dalam acara perpisahan.

Beberapa orang mengenang kembali peresmian oleh Soeharto, yang dianggap sebagai awal dari kejayaan Sritex. “Dulu, kami bangga karena Sritex menjadi kebanggaan nasional, apalagi setelah Pak Harto meresmikannya. Tak menyangka akhirnya harus berpisah seperti ini,” kata seorang warga Sukoharjo yang menyaksikan momen bersejarah itu.

Baca Juga :  Kisah Dukun AS yang Membantai 42 Perempuan Demi Mendapatkan Kesaktian

Akhir dari Sebuah Era

Penutupan Sritex menjadi cerminan dari tantangan industri tekstil Indonesia yang semakin berat menghadapi persaingan global dan perubahan tren pasar. Pemerintah dan pelaku industri kini dihadapkan pada pertanyaan besar: bagaimana menyelamatkan industri tekstil agar tetap kompetitif di era modern?

Meski babak perjalanan Sritex telah usai, jejak sejarahnya akan tetap dikenang. Dari peresmian oleh Soeharto hingga momen perpisahan yang mengharukan, Sritex telah menjadi bagian dari sejarah panjang industri tekstil Indonesia.

Kini, ribuan mantan pekerja harus mencari jalan baru, sementara nama Sritex akan terus dikenang sebagai simbol kejayaan yang pernah ada.

Penulis : Mercurius

Editor : Mercurius

Sumber Berita: Berbagai Sumber

Berita Terkait

O.M. Pancaran Muda dan Wiwiek Abidin Menghibur Masyarakat Banjarmasin
Ki Hajar Dewantara hanya Lulusan Setara SD, Tapi Gagasannya Mencerahkan Bangsa
Garda Swiss: Tentara Terkecil di Dunia yang Setia Menjaga Paus dan Kota Vatikan
KONKLAF: Rahasia di Balik Pintu Tertutup Vatikan
Jejak Peci Hitam di Tanah Samarkand: Soekarno dan Ziarah Spiritual ke Makam Imam Bukhari
Cinta, Seks, dan Neraka: Kengerian di Balik Senyuman Children of God”
Mengapa Lagu “Selamat Hari Lebaran” Jarang Diputar Utuh? Ternyata Liriknya Kritik Pemerintah
Oei Hui-lan, Putri Raja Gula Semarang yang Jadi Ibu Negara China

Berita Terkait

Kamis, 15 Mei 2025 - 23:37 WITA

O.M. Pancaran Muda dan Wiwiek Abidin Menghibur Masyarakat Banjarmasin

Jumat, 2 Mei 2025 - 22:53 WITA

Ki Hajar Dewantara hanya Lulusan Setara SD, Tapi Gagasannya Mencerahkan Bangsa

Kamis, 1 Mei 2025 - 00:01 WITA

Garda Swiss: Tentara Terkecil di Dunia yang Setia Menjaga Paus dan Kota Vatikan

Rabu, 30 April 2025 - 22:39 WITA

KONKLAF: Rahasia di Balik Pintu Tertutup Vatikan

Jumat, 25 April 2025 - 23:21 WITA

Jejak Peci Hitam di Tanah Samarkand: Soekarno dan Ziarah Spiritual ke Makam Imam Bukhari

Berita Terbaru

Persiapan Operasional di Mina Haji 2025

Halo Internasional

Persiapkan Operasional Sambut Puncak Haji 2025 di Arafah dan Mina

Senin, 19 Mei 2025 - 13:38 WITA

Banjarmasin Bungas

Waspada Pencurian Meteran Ledeng, PAM Catat Sudah Ada 30 Kasus

Senin, 19 Mei 2025 - 10:25 WITA

Ahmad Humaidi (45), seorang pendulang intan, tewas tertimbun longsor di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Minggu sore. (foto Istimewa)

Kalsel

Pendulang Intan di Cempaka Tewas Tertimbun Longsor

Minggu, 18 Mei 2025 - 22:14 WITA

Memaknai HUT ALRI, Anak Muda Bisa Terapkan Semangat ALRI dalam Kehidupan

Kalimantan Membangun

Memaknai HUT ALRI, Anak Muda Bisa Terapkan Semangat ALRI dalam Kehidupan

Minggu, 18 Mei 2025 - 19:33 WITA